Cegah Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Perlu Diusahakan Membangun Kebahagiaan Keluarga

Korban kekerasan banyak yang mengalami kesulitan untuk mengakses layanan karena harus di rumah saja

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Net
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Selama pandemi Covid-19, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan yang meningkat.

Dikutip Tribunjogja.com dari kompas.com, Rabu (3 Juni 2020), hal ini terungkap dari survei yang digelar pada April hingga Mei 2020 secara daring oleh Komnas Perempuan.

Survei dilakukan terhadap 2.285 responden perempuan dan laki-laki. Sebanyak 80 persen dari responden perempuan pada kelompok berpenghasilan di bawah Rp5 juta per bulan menyampaikan bahwa kekerasan yang mereka alami cenderung meningkat selama masa pandemi.

Di DIY, data yang berhasil dihimpun Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY menunjukkan hal yang berbeda.

Berdasarkan laporan layanan korban kekerasan perempuan dan anak dari lembaga layanan yang tergabung dalam Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK) di DIY pada Januari-Maret 2020 tercatat sebanyak 313 korban yang ditangani.

Sejumlah 133 di antaranya berusia anak dan selebihnya perempuan.

Adapun laporan yang masuk selama April-Juni baru terlapor 101 korban. Yang terdiri atas 33 orang berusia anak dan selebihnya perempuan.

Kepala Seksi Informasi Data Gender dan Kerjasama DP3AP2 DIY, Arif Nasirudin, mengatakan dari sisi layanan korban kekerasan memang terlihat adanya penurunan.

Namun, menurutnya ada beberapa catatan, bahwa korban kekerasan banyak yang mengalami kesulitan untuk mengakses layanan karena harus di rumah saja, takut untuk keluar rumah dan mengakses layanan umum.

Menanggapi hal ini, dosen Fakultas Psikologi UGM sekaligus Kepala Centre for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, Diana Setiyawati, mengungkapkan masih sulit untuk memastikan apakah kasus kekerasan di masa pandemi Covid-19 menurun atau meningkat tanpa survei terstruktur.

"Bisa jadi memang menurun karena orang menyadari pentingnya peran keluarga sebagai satu-satunya tempat kembali saat ini. Bisa jadi pula karena tidak dilaporkan, karena laporan-laporan tersebut biasanya melibatkan kader, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sistem di lapangan yang sangat mungkin menurun karena kurangnya interaksi," ungkap Diana kepada Tribunjogja.com, Kamis (18/6/2020).

Ditanya terkait bagaimana cara menjaga keharmonisan dan ketahanan keluarga di masa pandemi, yang notabene interaksi di antara anggota keluarga menjadi semakin intens, Diana menerangkan menurut Olson masalah berawal atau berakhir di keluarga.

"Pandemi adalah contoh masalah yang berakhir di keluarga. Masyarakat perlu menyadari bahwa keluarga adalah tempat terindah saat ini. Maka orang harus mengusahakan kebahagiaan di dalamnya," tuturnya.

Dia melanjutkan, beberapa cara yang dapat dilakukan di antaranya, meningkatkan komunikasi, serta meningkatkan keterbukaan dengan semakin banyak melakukan diskusi keluarga.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved