Batik Analyzer, Aplikasi untuk Deteksi Keaslian Batik

BBKB di Yogyakarta melalui lembaga penelitian dan pengembangan, Kemenperin tak lama lagi akan meluncurkan aplikasi Batik Analyzer

TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Pramitha Aprilia, perajin batik tulis asal Dusun Gunting, Desa Gilangharjo, Pandak Bantul tengah membatik bentuk Masjid, bernuansa Islami. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Balai Besar Kerajinan dan Batik(BBKB) di Yogyakarta melalui lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang), Kemenperin tak lama lagi akan meluncurkan aplikasi Batik Analyzer.

Nantinya aplikasi ini berguna untuk mendeteksi keaslian kain bermotif batik.

Kepala Bidang Pengembangan Jasa Teknik Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Yogyakarta, Heri Promono mengatakan, dengan adanya aplikasi ini bertujuan untuk membantu baik konsumen maupun produsen batik supaya dapat membedakan produk batik asli atau tiruan batik (produk tekstil).

"Selama ini, masih banyak pencinta batik yang belum bisa membedakan antara batik asli dan tiruan. Sehingga, masih banyak yang membeli produk batik tiruan dengan harga mahal, setara dengan batik asli. Karena masih ada oknum yang menjual batik tiruan dengan harga mahal," jelas Heri kepada Tribunjogja.com, Kamis (18/06/2020).

BBKB Yogyakarta Fasilitasi Pelatihan Daring kepada IKM Batik dan Kerajinan Tangan

Hikmah di Balik Pandemi Virus Corona, Lusi Sukses Pasarkan APD Motif Batik Lurik

Adapun, pengerjaan aplikasi Batik Analyzer sudah berlangsung selama dua tahun. Pada tahun ini, proses penyelesain sudah mencapai 95 persen.

Nantinya, aplikasi Batik Analyzer dibuat dengan basis Android dan iOS. Sehingga, bisa digunakan melalui ponsel atau smartphone.

"Rencananya tiga bulan lagi, aplikasi sudah diluncurkan dan dapat di unduh melalui google store atau app store oleh masyarakat," terang Heri.

Selain untuk memudahkan masyarakat, kata Heri, adanya aplikasi ini sebagai upaya dalam menyikapi banjirnya produk impor tiruan batik atau printing yang dijual dengan harga murah.

"Aplikasi ini juga bertujuan melindungi produk para perajin batik. Karena masih ditemukan batik impor printing yang mengaku produk batik asli dan dijual dengan harga murah. Tentunya, hal ini dapat mematikan pasar batik lokal," pungkas Heri.(Tribunjogja/Nanda Sagita Ginting)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved