Hikmah di Balik Pandemi Virus Corona, Lusi Sukses Pasarkan APD Motif Batik Lurik
Hikmah di Balik Pandemi Virus Corona, Lusi Sukses Pasarkan APD Motif Batik Lurik
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA, YOGYA - Di tengah pandemi virus corona, permintaan alat pelindung diri (APD) di tengah-tengah masyarakat mengalami peningkatan cukup signifikan.
Peluang itu pun ditangkap oleh Lusi Ekawati (47) untuk memproduksi APD dengan motif batik lurik.
Pemilik usaha Benang Lusi yang berlokasi di Kota Yogyakarta ini merupakan desainer baju batik lurik.
Namun, akibat dampak Corona membuat produknya tak laku.
Kondisi itu sempat membuatnya kebingungan karena sulit untuk memasarkan baju-baju karyanya.
Di tengah kebingungannya, Lusi akhirnya mendapatkan ide untuk memproduksi APD karena melihat peluangnya terbuka sangat lebar.
Agar APD yang diproduksinya memiliki ciri khas, Lusi pun membuat dengan menggunakan kain batik lurik yang selama ini memang sudah menjadi spesialisasinya.
"Saat wabah pandemi penjualan produk baju lurik tidak ada yang laku. Lalu, muncul lah ide untuk memproduksi APD karena permintaan yang cukup tinggi juga," jelas Lusi kepada Tribunjogja.com, Selasa (16/06/2020).
• BLK Sleman Mulai Gelar Pelatihan Secara Tatap Muka, Peserta Wajib Terapkan Protokol Kesehatan
• Percepat Pengujian Virus Corona, Pemkot Yogya Ajukan Mobil PCR dan Cartridge COVID-19 ke Pusat
Produk APD kain batik lurik yang diproduksi Lusi pun mendapatkan respon positif dari masyarakat.
Angin segar itupun dimanfaatkan oleh Lusi untuk terus memproduksi APD mulai dari masker hingga faceshield.
Dengan harga yang sangat terjangkau, APD yang diproduksi oleh Lusi inipun banyak diminati oleh masyarakat.
Untuk masker motif batik lurik, Lusi menjualnya dengan harga Rp 5000.
Sedangkan masker yang berbentuk scuba dihargai Rp8.000 hingga Rp10.000 tergantung motifnya.
Selain itu, ia juga menjual faceshield batik lurik. Untuk faceshield biasa dijual seharga Rp15.000 sedangkan faceshield lengkap dengan topi batik lurik dihargai Rp70.000.
"Dulunya untuk masker yang dibuat hanya polosan, itu saja permintaannya sudah tinggi dalam sehari bisa mendapatkan pesanan sampai 500 helai masker kain," terang Lusi.
"Selama pandemi kan tidak membuat baju lagi, jadi sisa kain masih banyak. Daripada terbuang lebih baik digunakan untuk memproduksi APD," ungkap Lusi.
Lusi menjelaskan, meskipun keuntungan dari produksi APD tak sebesar penjualan bajunya. Namun, dapat memutar roda perekonomian terutama bagi UMKM yang terdampak wabah Corona.
Rata-rata pekerja yang membantunya dalam pembuatan APD adalah UMKM yang tidak dapat berproduksi lagi akibat Corona.
Saat ini, sudah ada 10 pekerja yang membantu Lusi untuk memproduksi APD batik lurik.
"Bersyukur saja, meskipun penghasilan tidak begitu besar. Namun bisa bermanfaat bagi orang banyak," pungkas Lusi. (Tribunjogja/Nanda Sagita Ginting)