Cegah Gelombang Kedua Pandemi Covid-19 dengan Cara Sederhana Ini

Menurut sebuah studi Inggris, Rabu, penggunaan masker wajah secara menyeluruh dalam satu populasi disebut dapat mencegah penularan COVID-19 hingga men

Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri
BERDAGANG DENGAN AMAN. Pedagang kaki lima Malioboro menata barang daganganya saat akan berjualan di jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (1/6/2020). Sejumlah PKL kembali berjualan setelah tidak berdagang semenjak merebaknya pandemi virus Corona dengan memperhatikan protokol kesehatan, dengan penggunaan masker dan pelindung. 

TRIBUNJOGJA.COM, LONDON - Menurut sebuah studi Inggris, Rabu, penggunaan masker wajah secara menyeluruh dalam satu populasi disebut dapat mencegah penularan COVID-19 hingga menjadi epidemi nasional.

Selain itu, penggunaan masker dapat mencegah gelombang penyakit pandemi kedua, ketika dikombinasikan dengan penguncian.

Penelitian, yang dipimpin oleh para ilmuwan di Universitas Cambridge dan Greenwich di Inggris, menunjukkan bahwa penguncian saja tidak akan menghentikan kebangkitan coronavirus SARS-CoV-2.

Tak hanya itu, masker buatan sendiri dapat pun secara dramatis dapat mengurangi tingkat penularan jika pemakaiannya dilakukan oleh banyak orang di tempat umum.

"Analisis kami mendukung adopsi langsung dan universal masker wajah oleh publik," kata Richard Stutt, yang ikut memimpin penelitian di Cambridge dikutip Reuters.

Dia mengatakan, menggabungkan penggunaan masker secara luas dengan jarak sosial dan beberapa tindakan penguncian, bisa menjadi cara mencegah gelombang kedua dan membuka kembali kegiatan ekonomi.

Pasalnya, hingga saat ini pengembangan vaksin yang efektif melawan COVID-19 masih dalam tahap awal.

PENGGUNAAN MASKER. Pesepeda menggunakan masker saat berkatifitas di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona.
PENGGUNAAN MASKER. Pesepeda menggunakan masker saat berkatifitas di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona. (Tribunjogja.com | Hasan Sakri)

Temuan studi ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah "Proceedings of the Royal Society A".

Pada awal pandemi, bukti ilmiah tentang efektivitas masker wajah dalam memperlambat transmisi penyakit pernapasan terbatas, dan tidak ada data tentang COVID-19 karena merupakan penyakit yang sebelumnya tidak diketahui.

Dalam studi ini, para peneliti mengaitkan dinamika penyebaran antara orang-orang dengan model tingkat populasi untuk menilai efek pada tingkat reproduksi penyakit, atau nilai R, dari berbagai skenario adopsi masker yang dikombinasikan dengan periode penguncian.

Nilai R mengukur jumlah rata-rata orang yang akan ditularkan oleh satu orang yang terinfeksi penyakit. Nilai R di atas 1 dapat menyebabkan pertumbuhan eksponensial.

Studi ini menemukan bahwa jika orang memakai topeng setiap kali mereka berada di depan umum, itu dua kali lebih efektif dalam mengurangi nilai R daripada jika topeng hanya dipakai setelah gejala muncul.

Tekan penyebaran virus
Dalam semua skenario yang diteliti, penggunaan masker wajah rutin oleh 50% atau lebih dari populasi mengurangi penyebaran COVID-19 ke R kurang dari 1,0, meratakan gelombang penyakit di masa depan dan memungkinkan penguncian yang kurang ketat.

Para ahli yang tidak terlibat langsung dalam studi terbaru di Inggris terbagi atas kesimpulannya.

Seorang staf AirAsia mengenakan pelindung wajah, masker dan sarung tangan di konter check-in di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 di Sepang pada tanggal 29 April 2020. AirAsia memulai kembali operasi penerbangan domestik di Malaysia pada tanggal 29 April, sementara pemerintah mempertahankan pembatasan Perintah Kontrol Gerakan yang membatasi kegiatan orang sebagai langkah untuk memerangi penyebaran coronavirus novel COVID-19.
Seorang staf AirAsia mengenakan pelindung wajah, masker dan sarung tangan di konter check-in di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 di Sepang pada tanggal 29 April 2020. AirAsia memulai kembali operasi penerbangan domestik di Malaysia pada tanggal 29 April, sementara pemerintah mempertahankan pembatasan Perintah Kontrol Gerakan yang membatasi kegiatan orang sebagai langkah untuk memerangi penyebaran coronavirus novel COVID-19. (Mohd RASFAN / AFP)

Brooks Pollock, pakar pemodelan penyakit menular Universitas Bristol, mengatakan kemungkinan dampak masker bisa jauh lebih kecil dari yang diperkirakan.

Trish Greenhalgh, seorang profesor Universitas Oxford, mengatakan temuan itu menggembirakan dan menyarankan masker sepertinya bias alat ukur populasi yang efektif.

Rekomendasi WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengubah rekomendasi tentang masker wajah, dengan mengatakan mereka harus dipakai di depan umum untuk membantu menghentikan penyebaran coronavirus.

Dikutip BBC, Badan kesehatan global itu mengatakan informasi baru menunjukkan bahwa mereka dapat memberikan penghalang bagi tetesan dari batuk dan bersin yang berpotensi menular.

Beberapa negara di dunia sudah merekomendasikan atau mengamanatkan pemakaian penutup wajah di depan umum.

WHO sebelumnya berpendapat tidak ada cukup bukti untuk mengatakan bahwa orang sehat harus memakai masker.

Dr Maria Van Kerkhove, pakar utama teknis WHO pada Covid-19, mengatakan kepada kantor berita Reuters rekomendasinya adalah bagi orang-orang untuk mengenakan masker kain, yaitu masker non-medis di daerah-daerah di mana ada risiko penularan penyakit.

BERDAGANG DENGAN AMAN. Pedagang kaki lima Malioboro menata barang dagangannya saat akan berjualan di jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (1/6/2020). Sejumlah PKL kembali berjualan setelah tidak berdagang semenjak merebaknya pandemi virus Corona dengan memperhatikan protokol kesehatan, dengan penggunaan masker dan pelindung.
BERDAGANG DENGAN AMAN. Pedagang kaki lima Malioboro menata barang dagangannya saat akan berjualan di jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (1/6/2020). Sejumlah PKL kembali berjualan setelah tidak berdagang semenjak merebaknya pandemi virus Corona dengan memperhatikan protokol kesehatan, dengan penggunaan masker dan pelindung. (TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri)

WHO selalu menyarankan bahwa masker wajah medis harus dipakai oleh orang yang sakit dan mereka yang merawatnya.

Organisasi itu mengatakan pedoman baru telah diminta oleh studi selama beberapa minggu terakhir.

"Kami menyarankan pemerintah untuk mendorong agar masyarakat umum memakai masker," kata Dr. Van Kerkhove.

Pada saat yang sama, WHO menekankan bahwa masker wajah hanyalah salah satu dari serangkaian alat yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko penularan dan mereka tidak ingin memberikan persepsi yang salah tentang perlindungan.

"Masker saja tidak akan melindungi Anda dari Covid-19," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Ini adalah perubahan besar dalam panduan WHO tentang kapan masyarakat harus menutupi wajah mereka.

Selama berbulan-bulan, para ahli WHO menegaskan bahwa masker akan memicu rasa aman palsu dan akan membuat petugas medis kehabisan peralatan yang sangat dibutuhkan.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved