BPCB DIY Siapkan Protokol Khusus Kunjungan ke Objek Wisata Cagar Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY sudah menyiapkan protokol kunjungan ke objek wisata cagar budaya.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
pariwisata.slemankab.go.id
Suasana Candi Ijo saat matahari terbenam. 

Menurut mereka, 107 tahun bukan waktu pendek bagi kalangan purbakala, tapi juga bukan waktu yang cukup mengingat begitu banyaknya peninggalan sejarah yang perlu diteliti dan dilestarikan.

Ada banyak capaian di sisi pelestarian, yang hasilnya bisa dimanfaatkan lembaga dan masyarakat untuk wisata edukasi sejarah. Indung Pancaputra mencontohkan Candi Prambanan.

Saat pertama ditemukan, candi itu hanya berupa reruntuhan bangunan dan onggokan batu. Pemerintah Belanda lalu mencoba menelitinya secara sistematis.

Baik saat masa awal pemerintahan Hindia Belanda hingga kemudian terbentuk Djawatan Purbakala pada 1913. Lembaga ini diurus dan dipimpin warga Belanda.

Berdirinya Djawatan Purbakala inilah yang jadi tanggal Hari Purbakala Nasional. Usaha pemugaran Candi Prambanan dilakukan masa Hindia Belanda hingga masa peralihan setelah Indonesia merdeka.

"Pada 1953, Presiden Soekarno meresmikan Candi Siwa, baru itu satu-satunya yang berhasil dipugar," kata Zaimul Azzah.

"Foto tahun 1924 yang didokumentasikan Hindia Belanda, tinggi bangunan di Candi Siwa baru sepinggang. Sekitarnya masih bati bertumpuk-tumpuk," kata Indung menambahkan penjelasan.

Memugar candi, kata Indung, tidaklah mudah. Karena prinsip pemugaran haruslah sesuai aslinya. Artinya memerlukan penelitian mendalam secara arkeologis, sebelum benar-benar dipugar.

Sekarang, komplek Candi Prambanan sudah berdiri megah. Di halaman satu sudah lengkap. Candi perwaranya yang berjumlah 224 baru sebagian berhasil dipugar," lanjutnya.

Menurut Azzah, sekarang sudah cukup banyak candi-candi kuno yang berhasil dipugar, dimanfaatkan, meski penelitian terus dilanjutkan supaya diperoleh data lebih akurat.

Data itu sangat penting, mengingat kepentingan pelestarian dalam jangka panjang.

Misalnya, penelitian bawah tanah di Prambanan menghasilkan data akurat struktur kaki dan pondasi candi.

"Data itu sangat penting untuk kepentingan bagaimana kita menghitung kekuatan candi, yang semakin banyak dikunjungi orang. Artinya akan ada efek beban yang harus ditanggung," jelas Indung.

"Mungkin ada deformasi di tubuh candi, kaki dan sekitarnya. Sehingga data teknis itu sangat membantu kita harus melakukan apa," tambah Indung yang terlibat penelitian dan pemugaran Candi Kedulan sejak awal ditemukan.

"Jadi jika ada yang bertanya-tanya, koq pemugaran candi itu lambat, jawabannya bukan karena kita malas, tapi prosesnya memang tidak mudah," lanjutnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved