Masker Bedah di Apotek Masih Langka, Pakar Mikrobiologi UGM Jelaskan Perbedaannya dengan Masker Kain

Masker bedah atau surgical mask hingga kini masih dibanderol dengan harga cukup mahal di sejumlah apotek di kota Yogyakarta

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Maruti A Husna
Beragam jenis masker kain yang dijual di apotek 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Ketersediaan masker medis atau masker bedah di apotek-apotek yang ada di wilayah Yogyakarta hingga kini masih tergolong langka.

Beberapa apotek mulai beralih menjual masker kain, sebagaimana anjuran pemerintah bahwa masker kain pun aman digunakan masyarakat umum selama pandemi.

Ani, seorang apoteker di Medifarma, Jalan MT Haryono Yogyakarta mengungkapkan masker bedah atau surgical mask hingga kini masih dibanderol dengan harga cukup mahal.

“Satu kotak isi 20 lembar harganya Rp175 ribu, kalau dijual ke masyarakat bisa sampai Rp9 ribu - Rp10 ribu. Jadi kami tidak menjual, kasihan pembeli kalau mahal,” ungkapnya saat ditemui Tribunjogja.com di Apotek Medifarma, Jumat (29/5/2020).

Sebagai alternatifnya, di apotek tempat Ani bekerja dijual tiga jenis masker kain.

Yakni, masker merek Sritex seharga Rp12 ribu, masker bahan spons Rp3.500 atau Rp10 ribu jika membali 3 lembar, dan masker kain biasa seharga Rp6 ribu. 

“Itu semuanya bisa dicuci. Masker medis sudah kosong sejak sebelum Covid-19 masuk Indonesia karena harganya bisa sampai Rp10 ribu,” katanya.

Soal Penerapan New Normal di DIY, Sri Sultan : Jangan Tergesa-gesa, yang di Rumah Sakit Masih Banyak

Kediaman Seorang Guru Besar UII Yogyakarta Digedor-gedor Orang Tak Dikenal

Sementara, di apotek di Yogyakarta lainnya, yakni Apotek K-24 Pugeran, Jalan Bantul, Mantrijeron, Gedongkiwo terpantau stok masker juga masih kosong.

“Kemarin masih ada. Hari ini sedang kosong. Kemungkinan stok baru datang tidak lama, tetapi sekali datang dibatasi hanya satu dus isi 50 lembar,” ungkap Eko S, apoteker K-24 Pugeran.

Eko menyebutkan satu lembar masker bedah dijual seharga Rp4.200 ribu per lembar.

Harga tersebut masih tinggi dibanding masa sebelum pandemi yang dijual hanya Rp4 ribu untuk lima masker.

Sementara, saat ini banyak dijual masker kain beragam model di tepi jalan-jalan maupun swalayan.

Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Tri Wibawa, memberi penjelasan tentang perbedaan masker kain dan masker bedah.

Tri menjelaskan, mengacu pada Rekomendasi Standar Penggunaan APD untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia yang disusun Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, penggunaan masker yang ditujukan oleh masyarakat maupun tenaga medis memiliki jenis dan standar yang berbeda-beda.

“Masker yang digunakan perlu disesuaikan dengan tingkat intensitas kegiatan tertentu,” ungkapnya.

Dia menerangkan, masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan mengantisipasi kelangkaan masker yang terjadi.

Masker kain yang dibuat perlu memiliki tiga lapisan, yaitu lapisan non-anyaman tahan air (depan), microfibre melt-blown kain non-anyaman (tengah), dan kain biasa non-tenunan (belakang).

“Masker kain perlu dicuci dan dapat dipakai berkali-kali. Bahan yang digunakan untuk masker kain berupa bahan kain katun, scarf, dan sebagainya,” ujarnya.

Mendagri Tito Karnavian Pakai Masker Unik dengan Gambar Wajahnya Sendiri

Angka Reproduksi Virus Corona di DIY di Bawah 1, Ini Penjelasan Gugus Tugas Covid-19

Adapun penggunaan masker kain dapat digunakan untuk masyarakat yang sehat ketika berada di tempat umum dan fasilitas lainnya dengan tetap menjaga jarak 1-2 meter.

Namun, jika masyarakat memiliki kegiatan yang tergolong berbahaya (misalnya, penanganan jenazah Covid-19, dan sebagainya) maka tidak disarankan menggunakan masker kain.

Adapun masker bedah, Tri mengungkapkan, dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu masker bedah 2 ply yang memiliki dua lapisan dan masker beda 3 ply yang memiliki tiga lapisan.

Masker bedah 2 ply hanya terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar dan lapisan dalam tanpa lapisan tengah yang berfungsi sebagai filter.

Karena tidak memiliki lapisan filter pada bagian tengah di antara lapisan luar kedap air dan dalam yang langsung kontak dengan kulit, maka tipe masker ini kurang efektif untuk menyaring droplet yang keluar dari pemakai ketika batuk atau bersin.

“Masker jenis ini hanya direkomendasikan untuk pemakaian masyarakat sehari-hari yang tidak menunjukan gejala-gejala flu/influenza (batuk, bersin-bersin, hidung berair, demam, nyeri tenggorokan) dan tidak untuk tenaga medis di fasilitas layanan kesehatan,” papar Tri.

Adapun masker bedah yang memiliki 3 lapisan yaitu lapisan luar kain tanpa anyaman kedap air, lapisan dalam yang merupakan lapisan filter densitas tinggi, dan lapisan dalam yang menempel langsung dengan kulit yang berfungsi sebagai penyerap cairan berukuran besar yang keluar dari pemakai ketika batuk maupun bersin.

Menebar Kebaikan ala Komunitas Sejangkauan Tangan di Yogyakarta, Semangat Berbagi di Tengah Pandemi

Pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta Masih Belajar di Rumah Hingga 26 Juni 2020

Karena memiliki lapisan filter ini, masker bedah ini efektif untuk menyaring droplet yang keluar dari pemakai ketika batuk atau bersin.

Dengan begitu, Tri melanjutkan, masker ini direkomendasikan untuk masyarakat yang menunjukkan gejala-gejala flu/influenza (batuk, bersin- bersin, hidung berair, demam, nyeri tenggorokan) dan untuk tenaga medis di fasilitas layanan kesehatan.

Baik masker kain, masker bedah 2 ply dan 3 ply memiliki kesamaan pada perlindungan terhadap keluarnya droplet besar dari batuk/bersin pemakai.

Namun, masker kain tidak bisa melakukan pencegahan keluarnya droplet kecil dari batuk/bersin pemakai, sementara kedua masker bedah bisa. (uti)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved