Selama Pandemi AFJ Mencatat Adanya Peningkatan Kasus Pembuangan Kucing
Kasus pembuangan kucing meningkat selama pandemi Virus Corona. AFJ menemukan peningkatan kasus ini
Penulis: Santo Ari | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Animal Friends Jogja (AFJ) mencatat kasus pembuangan kucing meningkat selama pandemi Covid-19.
Dengan meningkatnya kasus ini, pihak AFJ melakukan bakti sosial ke masyarakat yang diselipkan edukasi pentingnya sterilisasi satwa.
Anggodaka, Manajer Komunikasi AFJ menjelaskan, bahwa dari laporan warga yang AFJ terima, kasus pembuangan kucing meningkat 67% dari masa sebelum pandemi.
Kebanyakan kucing yang dibuang berusia bayi, yang sangat rentan terserang penyakit karena imun tubuhnya yang masih bergantung ke susu dari induknya.
Bayi kucing yang dibuang ada yang dimasukan ke dalam kantong kresek, dan diletakkan di tempat sampah depan rumah warga.
Ada juga yang dimasukkan dalam kardus dan dibuang di semak-semak tepi jalan, yang berisiko tertabrak jika bayi kucing keluar dan menyeberang jalan.
"Dengan kegiatan bakti sosial ini Animal Friends Jogja juga bermaksud mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya sterilisasi satwa dampingan, untuk melakukan kontrol populasi hewan. Hingga saat ini sterilisasi adalah solusi paling manusiawi yang bisa mencegah kasus penelantaran satwa. AFJ juga mencatat ada peningkatan hewan dibuang, terutama kucing, selama masa pandemi ini,” ujarnya.
Adapun bakti sosial yang dimaksud adalah pemberian bantuan yang dikemas dalam acara 'DARI AFJ UNTUK SESAMA #WereInThisTogether' dengan dana pribadi para relawan, AFJ mengumpulkan 100 paket bantuan yang berisi beras, gula, teh dan masker untuk warga Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, belum lama ini.
Di hari yang sama dengan kegiatan baksos AFJ, mereka menerima informasi dari relawan yang menemukan bayi kucing dibuang dengan tubuh sudah dipenuhi belatung.
Tubuhnya sangat lemah, menderita scabies, dan luka-luka terbukanya sudah dikerumuni belatung.
Ada tanda rambutnya pernah dicukur, seperti untuk mendapat perawatan sakit kulit. Diduga bayi kucing itu dibuang karena pendampingnya tidak sanggup melanjutkan perawatan.
Kucing tersebut kemudian dilarikan ke klinik hewan, namun tidak bertahan setelah 12 jam mendapatkan perawatan intensif.
"Ini adalah kondisi umum yang menimpa bayi-bayi kucing yang dibuang. Karenanya AFJ selalu menyuarakan pentingnya sterilisasi kucing, karena setiap bulan ada saja laporan kucing dibuang yang kami terima," terangnya.
Menurutnya, kasus pembuangan kucing merupakan fenomena gunung es.
Laporan yang AFJ terima hanya bagian kecil yang nampak di permukaan.
Di bawah permukaan ada lebih banyak kasus yang tidak tercatat baik itu bayi kucing yang dibuang, dengan atau tanpa induknya, penyiksaan kucing, pencurian, sampai peracunan.
(*/ nto/ Tribunjogja.com )