Idul Fitri 2020

Contoh Naskah Khotbah Idul Fitri 1441 H, Merayakan Lebaran di Tengah Pandemi Virus Corona

Berikut contoh panduan khutbah Shalat Idul Fitri 2020/1441 H di tengah pandemi corona. Khutbah Idul Fitri bertema merayakan lebaran di tengah pandemi.

Penulis: Dwi Latifatul Fajri | Editor: Rina Eviana
twitter.com/kuwaitculturela
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM -  Kementerian Agama RI (Kemenang) hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI), menganjurkan salat Idul Fitri 2020/1441 H diadakan di rumah.

Salat Idul Fitri yang dilakukan di rumah ini untuk memutus rantai penyebaran Virus Corona atau COVID-19.

Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), Salat Idul Fitri di rumah, sah dengan atau tanpa khotbah.

Berikut contoh panduan khutbah Shalat Idul Fitri 2020/1441 H di tengah pandemi Virus Corona. 

Khotbah ini menjelaskan tentang penyelenggaraan salat Idul Fitri dan zakat fitrah, di tengah pandemi. Kemudian di akhir khotbah, menjelaskan tentang tradisi permohonan maaf kepada kedua orang tua.

Meski tidak bisa bertatap muka langsung, media sosial menjadi sarana komunikasi dan silaturahmi pada keluarga.

Berikut contoh khotbah Idul Fitri, mengutip dari nu.or.id :

contoh khutbah Idul Fitri 2020
contoh khutbah Idul Fitri 2020 (nu.or.id)

"Ramadhan ini, bukanlah Ramadhan kelabu. Hari raya ini bukan hari raya yang buruk. Wabah Covid-19 yang menyebabkan sebagian daerah tidak bisa menyelenggarakan jamaah tarawih dan tadarus di masjid, sama sekali tak mengurangi keagungan Ramadhan.

Semuanya tetaplah mutiara yang bernilai tinggi bagi orang beriman. Kecuali bagi orang yang tidak bisa menghormati Ramadhan dengan mengisi amal-amal yang baik, tentu Ramadhan dan hari raya ini tidak merupakan hari raya mereka. Bagi mereka, hari raya ini adalah hari raya kelabu, penuh kemurungan.

Sore Ini Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1441 Hijriah, LAPAN Prakirakan Idul Fitri Bakal Seragam

Selain puasa, pada bulan Ramadhan, terdapat pula momen yang agung, yaitu memberikan zakat fitrah. Bagi orang mampu, zakat dan sedekah akan meringankan beban sesama, dan menghasilkan pahala yang sangat besar. Begitu pula untuk orang yang tidak mampu secara ekonomi, menerima pemberian orang kaya merupakan jasa yang sangat besar.

Orang miskin berjasa menjadi pembersih hartanya orang kaya. Ini adalah soal hak dan kewajiban. Bukan soal mana yang tinggi dan mana yang lebih rendah. Orang kaya memiliki kewajiban mengeluarkan hartanya, sementara orang miskin mempunyai hak untuk menerima itu atas ketidakmampuannya.

Orang kaya tak seharusnya merasa berjasa atas ‘pengorbanan’ harta yang memang wajib ia keluarkan. Kata Imam al-Ghazali, termasuk kategori mengungkit pemberian adalah ketika orang kaya merasa menolong orang yang miskin.

Perasaan ini tidak tepat dimiliki oleh siapa saja. Justru orang kaya harus berterima kasih kepada orang miskin. Atas jasa merekalah harta orang kaya menjadi bersih, tidak kotor. Jadi, orang kaya tidak boleh merasa mempunyai jasa berderma di hadapan orang miskin. Demikian disampaikan oleh Imam al-Ghazali dalam al-Arbain fi Ushulid Din.

Arti dan Perbedaan Ucapan Selamat Idul Fitri, Minal Aidin Wal Faizin dan Taqaballahu Minna Wa Minkum

Kita sedang saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Semua menjadi ladang ibadah. Yang kaya berzakat itu ibadah, orang miskin menerima zakat, dia ikut andil membersihkan hartanya yang kaya, ini juga ibadah.

Sekali lagi, bagi orang beriman, apa pun posisi dan keadaannya, bernilai kebaikan. Hadirin… Di tengah pandemi ini, kita harus optimis bahwa kita bisa beradaptasi dengan keadaan secepat-cepatnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved