bisnis
Selama Pandemi, Toko Bakpia Kurangi Jumlah Outlet yang Beroperasi
Toko-toko yang menjual makanan khas Yogyakarta seperti bakpia dan serabi sebagian besar tutup. Wisatawan dari berbagai daerah maupun luar negeri yang
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL – Pemandangan di sekitar Pasar Pathuk Yogyakarta di masa pandemi sangat berbeda dari biasanya.
Toko-toko yang menjual makanan khas Yogyakarta seperti bakpia dan serabi sebagian besar tutup. Wisatawan dari berbagai daerah maupun luar negeri yang biasa memadati kawasan ini nyaris nihil.
Sektor kuliner sebagai sektor ikutan pariwisata menjadi satu di antara berbagai industri yang paling terpukul selama pandemi Covid-19.
Bakpia Pathok 25 misalnya, selama pandemi hanya membuka tiga dari delapan tokonya.
• Sepi Tak Ada Pembeli, Pedagang Bakpia di Malioboro Bagikan Dagangannya ke Warga
Ahmad Sudrajat, Supervisor Toko Pathok Jaya Bakpia Pathok 25 menyebutkan ketiga toko yang masih buka adalah pabrik lama Bakpia Pathok 25 di Jalan Sanggrahan, Toko Pathok Jaya Jalan KS. Tubun No. 14, dan Toko Bandara Raya Jalan Laksda Adisucipto.
“Kami membuka tiga toko itu pun ibaratnya kalau dikalkulasikan dengan operasional perusahaan sudah minus. Tiga toko itu buka karena satu (toko) yang lama itu ada mess tempat tinggal karyawan, yang di sini (Toko Pathok Jaya) ini tempat tinggal pimpinan, yang di Toko Bandara Jaya ada proyek renovasi sehingga untuk menutupi biaya operasional yang telanjur besar,” ungkap Ahmad, Selasa (19/5/2020).
Ditanya terkait strategi penjualan selama pandemi, Ahmad mengaku belum mengikuti pola penjualan daring sebagaimana banyak dilakukan perusahaan lainnya.
• Dampak Wabah Corona, Rumah Makan Gudeg dan Pedagang Bakpia Pun Sepi Pembeli
“Kami belum merambah online, meski ada beberapa orang yang menjualkan di online tapi itu bukan atas nama kami. Kami hanya menjual di toko,” ujarnya.
Menurut Ahmad, pandemi Covid-19 memberi dampak pada penurunan omzet Bakpia Pathok 25 hingga 90 persen.
Akibatnya, sejak 31 Mei 2020 perusahaan ini merumahkan 100 lebih karyawannya.
“Ada 100-an yang dirumahkan dari total 150 karyawan. Tinggal 30-an orang yang berjaga di tiga toko,” ungkap Ahmad.
Meskipun demikian, Ahmad menjelaskan para karyawan yang dirumahkan tersebut tetap diberi gaji penuh sejak 23 Maret 2020 hingga 31 Mei 2020.
“Gaji full dari 23 Maret sampai nanti 31 Mei walaupun mereka tidak bekerja. THR (tunjangan hari raya) juga dapat sebesar gaji satu bulan, selain itu ada zakat dari pimpinan untuk setiap karyawan,” papar Ahmad.