Angka Penularan Virus Corona Nyaris Menembus 5 Juta Kasus di Seluruh Dunia
Dilansir Tribunjogja.com dari worldometers, dari 213 negara dan wilayah di dunia tercatat sebanyak 4.982.082 kasus positif virus corona.
Penulis: Iwan Al Khasni | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM Yogyakarta -- Angka kasus penularan virus corona atau Covid-19 di seluruh dunia tak lama lagi menembus angka 5 juta kasus di seluruh dunia.
Dilansir Tribunjogja.com dari worldometers, dari 213 negara dan wilayah di dunia tercatat sebanyak 4.982.082 kasus positif virus corona.
Dari semua itu tercatat ada 324.490 kasus kematian dan sebanyak 1.958.220 kasus, Rabu (20/5/2020) pukul 06.40 WIB.
Ada dua negara yang mengalami angka kematian terbanyak karena virus corona, Amerika dan Brasil
Pada Rabu, Amerika angka kematian menembus angka +1.520 kasus, sedangkan Brasil tercatat sebanyak +1,118 kasus.
Di hari yang sama pula ada dia negara yang nihil angka kematian yaitu Prancis dan China.
Berikut 10 Negara teratas yang terjangkit virus corona :
1 Amerika Serikat 1,570,075
2 Rusia 299,941
3 Spanyol 278,803
4 Brasil 271,628
5 Inggris 248,818
6 Italia 226,699
7 Prancis 180,809
8 Jerman 177,827
9 Turki 151,615
10 Iran 124,603
Sedangkan China kini berada diperingkat ke 13 dengan total 82,960 kasus, sedangkan Indonesia berada di peringkat ke 33.
Malaysia negara jiran menempati posisi ke 56 dari 215 negara dan wilayah di dunia.
Sedangkan Indonesia data terakhir menyebutkan Positif menembus angka 18.496 dengan Sembuh 4.467 dan Meninggal 1.221 kasus.
Dunia Membayar Mahal

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO0 “tidak tergantikan.”
Ia menambahkan, mereka (WHO) membutuhkan sumber daya yang lebih besar untuk mendukung pekerjaannya di negara-negara berkembang.
Pidato Gutteres disampaikan di pembukaan sidang Majelis Kesehatan Dunia di Jenewa, Swiss, Senin (18/5/2020).
Pernyataan keras Guttteres muncul sebulan sesudah Presiden AS Donald Trump mencabut donasi untuk badan PBB itu.
Lewat siaran video, Guterres mengatakan, dunia sekarang membayar harga mahal karena mengabaikan rekomendasi WHO pada Januari untuk melawan Covid-19.
Donald Trump bulan lalu menuduh WHO sebagai "China-sentris" dan sangat salah mengelola krisis Covid-19 .
WHO juga dituduh Trump menutupi-nutupi penyebaran virus, bersekongkol dengan Beijing.
Dia mengatakan pendanaan dari AS, donor terbesar organisasi itu, akan dibekukan sambil menunggu penyelidikan atas klaim mereka.
Keputusan Trump yang tiba-tiba memicu kecaman internasional, termasuk dari Guterres, yang mengatakan organisasi itu harus didukung dan situasinya benar-benar kritis di saat dunia berusaha mengalahkan pandemi Covid-19.
Pemotongan dana juga memicu ketidakpercayaan di Eropa, dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan negara-negara di blok 27 sangat menyesali keputusan AS.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan, langkah itu adalah ekspresi pendekatan yang sangat egois dari otoritas AS terhadap krisis.
Sidang Majelis Kesehatan Dunia dibuka Presiden Swiss Simonetta Sommaruga, yang menjanjikan dukungan penuh dan kerja sama negaranya kepada WHO.
Ia mengatakan 194 negara anggota harus bertindak bersama untuk mengakhiri pandemi.
Sebelum Gutteres, Presiden China Xi Jinping turut menyampaikan pidato secaa virtual pada forum itu.
Xi menyatakan, China telah transparan, bertanggung jawab, dan cepat dalam menanggapi wabah virus Corona.
Mereka juga aktif berbagi informasi dengan negara lain. Penegasan disampaikan Presiden China Xi Jinping dalam telekonferensi dengan Dewan Kesehatan Dunia, Senin (18/5/2020).
"Di Tiongkok, setelah melakukan upaya yang melelahkan dan pengorbanan besar, kami telah mengubah gelombang virus dan melindungi kehidupan dan kesehatan orang-orang kami,” kata Xi.
“Selama ini kami telah bertindak dengan keterbukaan, transparansi, dan tanggung jawab," lanjutnya seraya menambahkan China berbagi informasi tentang virus dengan komunitas global secara tepat waktu.
Pernyataan Xi Jinping muncul sesudah tiba perkembangan baru, ada 100 negara di dunia yang menyerukan penyelidikan independen terhadap pandemic virus corona.
Rusia ikut bergabung dengan mendukung resolusi yang akan dimunculkan di Dewan Kesehatan Dunia (WHA).
Resolusi itu dirancang Uni Eropa, dan di belakangnya mendapat dorongan Australia untuk penyelidikan penanganan awal China terhadap krisis ini.
Agresifnya Canberra disambut kemarahan Beijing, yang menuduh Australia sangat tidak bertanggung jawab dan dapat mengganggu kerja sama internasional memerangi pandemi virus corona.
Resolusi ini akan dipresentasikan pada pertemuan tahunan anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang dimulai Senin hari ini di Jenewa.
Meski begitu, resolusi ini tidak secara eksplisit menyebut China atau negara lain. Resolusi menyerukan evaluasi yang tidak memihak, independen dan komprehensif .
Kata-kata dari resolusi itu lemah dibandingkan seruan Australia sebelumnya untuk menyelidiki peran dan tanggung jawab Tiongkok dalam asal mula pandemi ini.
Ini mungkin diperlukan untuk membuat mayoritas negara anggota WHO untuk menandatangani - terutama yang, seperti Rusia, dengan punya ikatan tradisional kuat dengan Beijing.
Tetapi meski ringan, tidak berarti pemerintah China bisa tenang.
Sumber-sumber pemerintah Australia mengatakan kepada ABC, bahasa resolusi itu cukup kuat guna memastikan penyelidikan tepat dan menyeluruh.(Tribunjogja.com/RussiaToday/CNN/xna/iwe)