Kata Ahli Soal Kebijakan Wajib Pakai Masker di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta resmi mencanangkan gerakan wajib memakai masker di Yogyakarta

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com | Hasan Sakri
GERAKAN MEMAKAI MASKER. Sejumlah pengguna jalan mengenakan masker saat melintas mdi jalan Margo Utomo, Kota Yogyakarta, Jumat (15/5/2020). Pemda DIY mencanangkan geraakan memakai sebagai salah satu upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 dan akan menerapkan sanksi sosial bagi yang tidak menggunakan masker. 

TRIBUNJOGJA.COM Yogyakarta -- Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta resmi mencanangkan gerakan wajib memakai masker di Yogyakarta untuk mengurangi penularan virus corona.

Namun program itu disebut tidak akan berarti apa-apa tanpa dibarengi dengan kesadaran dari masyarakat Yogyakarta.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah DI Yogyakarta, dr Joko Murdiyanto, mengatakan hingga saat ini masyarakat hanya bisa dikenakan langkah persuasif.

Namun, dia menegaskan masyarakat perlu dipaksa menggunakan masker sebelum menjadi budaya.

“Nggak apa-apa dipaksa untuk yang baik. Caranya dengan 5A, yaitu dipaksa, terpaksa, lama-lama menjadi bisa, terbiasa, dan jadi budaya. Mungkin satu dua bulan lagi kalau kita keluar nggak pakai masker itu rasanya ada yang kurang, seperti nggak pakai helm,” ujar Joko saat dihubungi Tribunjogja.com , Sabtu (16/5/2020).

Joko menyayangkan saat ini masih banyak terlihat orang di jalanan yang tidak memakai masker.

“Orang keluar gampang tidak pakai masker. Itu nantang namanya. Bagi dia mungkin enteng, tapi bagi orang lain mungkin membahayakan. Sekarang itu kita harus hidup secara bersama-sama,” jelas Joko.

Dia menjelaskan, hidup kita dalam bermasyarakat saat ini tidak akan sama dengan satu atau dua tahun lalu.

“Ini hidup yang baru, kita dipaksa oleh Covid. Hidup seperti ini bisa bertahun-tahun belum selesai. Bukan hanya sebulan dua bulan. WHO (badan kesehatan dunia) sudah bilang demikian,” tuturnya.

Joko menambahkan, bagi orang yang menolak memakai masker berpotensi menularkan virus kepada keluarga dan orang dekatnya. “Orang yang ngeyel tadi keluarganya bisa kena, tetangganya kena,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dia menyerukan masyarakat untuk mematuhi, mengikuti, dan disiplin terhadap protokol pencegahan Covid-19 yang ditetapkan pemerintah.

“Hidup mati itu sudah ditentukan sebelum kita lahir. Tapi sebagai manusia harus berusaha yang optimal, caranya dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), physical distancing (jaga jarak), jangan berkumpul dan bekerumun, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir,” pungkasnya.

GERAKAN MEMAKAI MASKER. Pengguna jalan tidak mengenakan masker saat melintas di Jalan Margo Utomo, Kota Yogyakarta, Jumat (15/5/2020). Pemda DIY mencanangkan geraakan memakai sebagai salah satu upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 dan akan menerapkan sanksi sosial bagi yang tidak menggunakan masker.
GERAKAN MEMAKAI MASKER. Pengguna jalan tidak mengenakan masker saat melintas di Jalan Margo Utomo, Kota Yogyakarta, Jumat (15/5/2020). Pemda DIY mencanangkan geraakan memakai sebagai salah satu upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 dan akan menerapkan sanksi sosial bagi yang tidak menggunakan masker. (Tribunjogja.com | Hasan Sakri)

Kronologi Resto Pizza di Yogyakarta Didatangi Petugas karena Warga Antre Berjubel Berburu Promo

Apa Kata Pakar Kebijakan Publik?

Guru besar Ilmu Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Erwan Agus Purwanto menyampaikan pandangannya terkait hal ini.

“Saya kira itu sangat baik, ya, agar transmisi Covid-19 di DIY bisa dikendalikan. Sehingga segera bisa dicapai transmisi nol secara berturut-turut 14 hari yang menandakan bahwa Covid-19 sudah bisa dikalahkan di DIY,” ujarnya saat dihubungi Tribunjogja.com , Sabtu (16/5/2020).

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved