Kisah Inspiratif
Sahabat Farm Ajak Generasi Muda Menyukai Pertanian
Ingin mendekatkan kembali generasi muda pada pertanian, Sahabat Farm mengenalkan beragam teknologi pertanian terkini.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Farhan menerangkan Sahabat Farm sudah sejak awal mencoba mengenalkan sistem bertani dengan hidroponik dan akuaponik.
Namun, saat itu antusiasme orang-orang hanya sebatas menanyakan cara pembuatannya.
Setelah ada Covid-19 ia merasakan semakin banyak orang ingin mencoba sistem pertanian itu.
“Paling banyak (pesanan) saat Covid ini. Orang sebelumnya baru tanya-tanya aja. Tapi kini sudah ada pesanan 55 paket akuaponik. Satu paket seharga Rp150 ribu sudah termasuk ember, bibit lele, netpot, media tanam, bibit, pengait, kain flanel, dan pakan untuk awal,” jelasnya.
Akuaponik adalah sistem pertanian dengan memadukan antara budi daya ikan dan hidroponik.
Sementara hidroponik ialah cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah.
“Untuk lele dari akuaponik dalam 2,5 bulan sudah siap konsumsi. Sedangkan kangkung 25 hari siap panen,” tambahnya.
• Drone Otonom, Inovasi Sistem Pembasmi Hama Tanaman Karya Peneliti FMIPA UGM
Farhan menjelaskan, beberapa tanaman yang cocok untuk hidroponik misalnya sawi putih, kangkung, dan pakcoy.
Satu paket hidroponik dibanderol Rp30 ribu atau sesuai request pemesan.
Selain budidaya tanaman, Sahabat Farm juga kerap memberikan pelatihan pengolahan produk pertanian.
Paling banyak kepada ibu-ibu.
Misalnya, mereka pernah memberi pelatihan pembuatan bubuk jahe dan abon jipang.
Abon jipang itu cukup berhasil di pasaran, hingga banyak yang mengira itu abon ayam.
“Ketika ada harga (hasil pertanian) yang jatuh, kita kembangkan. Bagaimana kita mengolah harga yang jatuh ini menjadi produk baru dengan harga jual tinggi. Kami membimbing masyarakat sampai ke pengemasan produk hingga distribusi,” beber Farhan.
Bagi orang yang ingin mulai bertani atau melakukan urban farming yang cukup marak di perkotaan saat ini, Farhan memiliki tip bahwa gagal itu hal biasa.