Tidak Ada Hand Sanitizer di Korea Utara tapi Tak Ada Laporan Kasus Covid-19, Apa Mungkin?

Klaim nol kasus Covid-19 di Korea Utara diragukan banyak orang. Lalu, bagaimana sebenarnya cara Korut menangani virus corona?

Editor: Joko Widiyarso
AFP/KIM WON JIN
Orang-orang yang memakai topeng wajah pergi setelah meletakkan bunga di depan patung-patung pemimpin Korea Utara Kim Il Sung dan Kim Jong Il pada kesempatan ulang tahun ke-108 dari pemimpin Korea Utara Kim Il Sung, yang dikenal sebagai Day of the Sun, di Pyongyang pada 15 April 

TRIBUNJOGJA.COM - Klaim nol kasus Covid-19 di Korea Utara diragukan banyak orang. Lalu, bagaimana sebenarnya cara Korut menangani virus corona?

Korea Utara menutup perbatasannya dengan China 22 Januari lalu, sehari sebelum status lockdown diberlakukan di kota Wuhan, China.

Apakah Pyongyang, ibu kota Korea Utara, mengetahui sesuatu mengenai virus tersebut yang tidak diketahui negara lain? Atau mereka justru bereaksi cepat karena menganggap sebagai ancaman besar bagi kesehatan?

Jawabannya, seperti banyak juga hal lain soal Korea Utara, sulit dipastikan karena negara ini adalah salah satu negara yang paling tertutup di dunia.

Namun, paling tidak menurut media milik pemerintah Korea Utara, usaha mereka memerangi Covid-19 di Korea Utara berhasil, karena sejauh ini tidak sama sekali mencatat adanya kasus corona.

Pemerintah Kota Yogyakarta Belum akan Melakukan Rapid Diagnostic Test Massal Covid-19

"Saya curiga mengenai angka nol itu," kata W Courtland Robinson, asisten profesor di Johns Hopkins University di Amerika Serikat kepada ABC News.

"Dengan tindakan yang diambil lebih awal, melihat kedekatannya dengan China, dan betapa cepatnya virus itu menyebar, besar kemungkinan Korea Utara paling tidak memiliki beberapa kasus."

Pria mendorong sepeda mereka melewati potret mendiang pemimpin Korea Utara Kim Il Sung, kiri, dan Kim Jong Il di Pyongyang pada 2017
Pria mendorong sepeda mereka melewati potret mendiang pemimpin Korea Utara Kim Il Sung, kiri, dan Kim Jong Il di Pyongyang pada 2017 (ED JONES/AFP/Getty Images)

Tindakan awal yang cepat Korea Utara mengejutkan banyak pihak ketika memutuskan menutup perbatasannya dengan China pada 22 Januari.

Warga China sudah lama menjadi turis terbanyak ke Korea Utara, yang juga menjadi sumber pendapatan terpenting saat negaranya mendapat sanksi internasional.

Namun sejak pandemi Covid-19, perjalanan di dalam negeri dibatasi, dengan warga asing dan warga setempat yang baru pulang dari luar negeri harus menjalani karantina ketat.

Peneliti Keamanan Ungkap Ponsel Xiaomi Diam-diam Merekam Aktivitas Penggunanya

Tempat-tempat umum, termasuk sekolah dan toko-toko ditutup, penggunaan masker diwajibkan, warga, baik muda atau lanjut usia, diminta tinggal di rumah.

Namun dengan keputusan cepat seperti ini, pengamat seperti Courtland justru mengatakan aspek kesehatan lain yang dilakukan Korea Utara masih belum jelas.

"Tidak ada bukti nyata mengenai kebijakan social distancing, atau juga tes besar-besaran ataupun pelacakan terhadap mereka yang terjangkit," katanya.

Jie Chen, peneliti masalah internasional di University of Western Australia mengatakan pemahaman Korea Utara soal sistem propaganda di China dan kesamaan sistem politik antara kedua negara memainkan peranan.

"Korea Utara sangat khawatir di masa-masa awal karena pemimpin mereka mengerti betul bagaimana rezim otoriter bekerja," kata Dr Chen.

Italia Laporkan Angka Kematian Terendah Sejak Lockdown, Penduduk Boleh Keluar Rumah

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved