Tanggapan Guru Besar Kesehatan UGM Soal Kabar Nikotin Jadi Obat Virus Corona
Virus corona perlu tempat melekat, yakni reseptor Ace-2 untuk berkembang biak. Ada penelitian bahwa merokok menyebabkan reseptor Ace-2
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Iwan Al Khasni
Selanjutnya, Yayi menyampaikan metode 5A dan 5R dalam mendampingi seseorang untuk berhenti merokok. Yaitu, ask (bertanya tentang riwayat dan kebiasaan merokok), advice (memberikan penjelasan tentang akibat merokok), assess (melakukan pengkajian keinginan berhenti merokok), assist (membantu perokok mengidentifikasi cara untuk berhenti merokok), dan arrange (merencanakan pertemuan lanjutan untuk memonitor usaha berhenti.
Sedangkan, 5R yang dimaksud yaitu, relevance (mendiskusikan kaitan antara berhenti merokok dengan keadaan saat ini, semisal kondisi kesehatan dan keluarga), risk (menjelaskan risiko jika meneruskan kebiasaan merokok), reward (mengidentifikasi dampak positif dari berhenti merokok), roadblock (mendiskusikan hambatan yang mungkin terjadi), dan repetition (pengingatan dalam usaha berhenti merokok disarankan diulang).
“Perlu juga menanyakan hobinya, supaya saat ada keinginan merokok bisa mengalihkan ke hobi. Juga minta untuk bercerita ke orang terkasih bahwa dia mau berubah dan butuh dukungan,” jelas Ketua Health Promoting University (HPU) UGM itu.
Senada dengan Yayi, Made Kertaduana, aktivis kesehatan masyarakat mengungkapkan di masa Covid-19 perjuangan kesehatan masyarakat bertambah lagi.
“Ada keterlibatan industri untuk menormalisasi rokok. Mungkin saja situasi ini juga sebuah ancaman dalam industri rokok,” ujarnya.
Made mengungkapkan ada dua yang perlu diantisipasi dalam hal ini, yaitu perokok aktif dan pasif.
“Perokok kita jumlahnya 30 persen dari jumlah penduduk. Prevalensinya tinggi pada keluarga miskin, artinya pendidikan rendah, menganggap kesehatan bukan prioritas, dan sebagainya,” tuturnya.
Selain itu, kata dia, jumlah perokok remaja di Indonesia tinggi. “Mereka bisa menyebarkan (virus corona) tanpa gejala,” imbuh Made.
Made menambahkan, risiko perokok tertular maupun menjadi penular sangat besar. Sebab, tidak mungkin merokok menggunakan masker. “Merokok juga meningkatkan risiko batuk, bersin, atau meludah, yang menjadi sarana penularan,” ungkapnya.
Dia mengatakan, bulan ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan edukasi mengenai rokok kepada masyarakat. Sebab, bertepatan dengan bulan ramadan, situasi Covid-19, dan juga pada 31 Mei bertepatan dengan hari tanpa tembakau.
FK-KMK UGM juga memiliki layanan konseling bagi orang yang membutuhkan dukungan untuk berhenti merokok. Konseling dapat dilakukan melalui email, Whatsapp, SMS, atau pun telepon. Yakni melalui email chbp@ugm.ac.id, nomor kontak 081328017677 (untuk Senin, Rabu, Jumat pukul 09.00-12.00 WIB), dan nomor 08122691383 (untuk Selasa dan Kamis pukul 09.00-12.00 WIB). ( Tribunjogja.com | Maruti Asmaul Husna )