Wabah Virus Corona

UPDATE Uji Obat Virus Corona, Studi Awal Remdesivir Mempercepat Pemulihan Pasien COVID-19

Dari laporan yang terbit di jurnal Lancet, Rabu (29/4/2020) memberikan harapan terkait remdesivir untuk pengobatan COVID-19.

Editor: Rina Eviana
POOL/REUTERS
Satu ampul obat Ebola remdesivir ditunjukkan dalam konferensi pers di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman, 8 April 2020. Remdesivir kini sedang diuji coba untuk pengobatan Covid-19. 

Sementara itu, percobaan lain dengan sampel lebih kecil tidak menemukan manfaat dari remdesivir bila dibandingkan dengan plasebo.

Studi ini dihentikan lebih awal karena kesulitan dalam mendaftarkan peserta karena merebaknya wabah di China.

Juru bicara Gilead Science, Amy Flood, tidak mau terlalu banyak berkomentar terkait hasil studi yang bocor itu.

Pihak produsen sendiri yakin bahwa remdesivir dapat memberi harapan untuk kesembuhan pasien COVID-19.

Mereka pun enggan menarik kesimpulan apapun dan meminta kita menunggu hasil penelitian terkait remdesivir yang dilakukan ilmuwan lain.  

Uji coba berskala kecil Informasi tentang remdesivir yang saling bertentangan membuat orang bingung selama beberapa minggu terakhir.

Di saat kita kebutuhan untuk terapi COVID-19 semakin mendesak, uji klinis dengan jumlah kecil dan tanpa melibatkan kelompok kontrol menjadi umum digunakan. Dengan hal ini banyak ketidakpastian yang terjadi.

Para pengamat remdesivir pun menunggu dengan cemas untuk hasil akhir dari uji klinis NIAID, yang diprediksi ada akhir Mei nanti.

Di saat para ilmuwan memperkirakan bahwa ketersediaan vaksin membutuhkan waktu lebih dari setahun, pencarian obat yang efektif melawan COVID-19 akan sangat penting untuk mengurangi kematian. Hasil NIAID terkait remdesivir memberikan harapan baru untuk pasien COVID-19.

"Ini mungkin bukan obat ajaib yang dicari semua orang, tetapi jika Anda dapat mencegah beberapa pasien berada di masa kritis dengan obat ini, itu cukup baik," kata Griffin.

Fauci mengatakan temuan itu mengingatkannya pada penemuan pada 1980-an bahwa obat AZT membantu memerangi infeksi HIV.

Klinis acak dan terkontrol pertama hanya menunjukkan peningkatan sederhana, katanya, tetapi para peneliti terus membangun keberhasilan itu, akhirnya mengembangkan terapi yang sangat efektif.

Untuk saat ini, katanya, remdesivir akan menjadi pengobatan standar untuk COVID-19. Pada Februari, para peneliti menunjukkan bahwa obat itu mengurangi infeksi virus dalam sel manusia yang tumbuh di laboratorium.

Gilead mulai meningkatkan produksi remdesivir jauh sebelum hasil NIAID keluar. Pada akhir Maret, perusahaan telah memproduksi obat yang cukup untuk merawat 30.000 pasien.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Awal Remdesivir, Hasilnya Menjanjikan untuk Pasien Corona"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved