Update Corona di DI Yogyakarta
Imunisasi Bayi Harus Tetap Berjalan Selama Pandemi Covid-19
Imunisasi atau pemberian vaksin pada bayi atau anak harus tetap berjalan walaupun berada di tengah pandemi Covid-19.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Imunisasi atau pemberian vaksin pada bayi atau anak harus tetap berjalan walaupun berada di tengah pandemi Covid-19.
Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM dr. Fita Wirastuti, M.Sc., Sp.A., mengungkapkan imunisasi dasar wajib tetap dikerjakan.
"Misal kondisinya memang tidak memungkinkan boleh ditunda maksimal satu bulan, tapi sekali lagi sebisa mungkin dilakukan sesuai jadwal,” ujarnya Rabu (29/4/2020).
Penyebaran virus corona jenis baru yang kian meluas dan menginfeksi jutaan orang membuat semua orang khawatir, termasuk orangtua yang memiliki bayi atau balita.
• Pelayanan Imunisasi di Gunungkidul Dapat Skor Tinggi dari UNICEF
Ada ketakutan para orangtua membawa anak keluar rumah, satu di antaranya berkunjung ke rumah sakit atau layanan kesehatan untuk melakukan vaksinasi pada putra putrinya.
Fita mengatakan untuk menghindari penularan virus corona jenis baru ini pada anak, para orangtua dapat terlebih dahulu membuat perjanjian dengan rumah sakit.
Dengan pengaturan waktu yang telah dijadwalkan diharapkan bisa memotong waktu tunggu saat di rumah sakit.
“Buat perjanjian supaya waktunya bisa pas dan tidak terlalu lama menunggu,” paparnya.
Ia mengimbau para orangtua agar tidak khawatir secara berlebihan.
• Solidaritas Pangan Jogja Bagikan Nasi Bungkus Gratis di Tengah Wabah Virus Corona
Sebab, rumah sakit dan layanan kesehatan saat ini telah membuat alur atau pemisahan ruangan bagi para pengunjungnya dengan pasien, termasuk yang akan menggunakan layanan imunisasi.
Fita menekankan masyarakat peru memahami pentingnya imunisasi atau vaksinasi.
Imunisasi merupakan satu dari beberapa upaya untuk melindungi diri dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
“Cara kerja vaksin ini prinsipnya memicu pertahanan tubuh dengan cara memaparkan bakteri atau virus yang sudah dilemahkan agar sistem pertahanan tubuh membentuk proteksi atau antibodi,” ujar dia.
Fita menjelaskan pemberian vaksin dilakukan secara spesifik untuk mengatasi penyakit tertentu.
• UPDATE Vaksin Virus Corona di China Diperkirakan Siap Digunakan pada 19 September
Melalui vaksin diharapkan bisa menekan risiko infeksi berbagai penyakit berbahaya dan mematikan.
Misalnya, TBC, difteri pertusis, polio, campak, rubela, cacar air, penumonia oleh HIB dan peneumokokus, hepatitis A, hepatitis B, tifoid, serta meningitis.
“Vaksinasi ini wajib diberikan untuk melindungi diri dan orang lain. Terlebih saat ini kita dengan mudah terhubung dengan negara-negara dunia, sementara banyak penyakit menular yang cepat menyebar dan menulari siapa saja,” ungkapnya.
Selain untuk proteksi diri, dengan imunisasi bisa melindungi orang lain.
Cakupan imunisasi tinggi lebih dari 90 persen dapat membentuk kekebalan komunitas (herd immunity).
Apabila cakupan imunisasi rendah atau di bawah 90 persen maka akan sulit terbentuk kekebalan kelompok yang bisa memberikan perlindungan bagi banyak orang.
• Line Bekerjasama Institut Vaksin Internasional Promosikan Pentingnya Vaksin
Kendati vaksin wajib diberikan bagi setiap orang, ada beberapa kelompok orang yang memang tidak bisa divaksinasi.
Satu di antaranya yang mengalami alergi saat divaksinasi.
Sementara pada orang dengan imunitas sangat rendah atau orang yang menggunakan obat-obatan yang menekan daya tahan tubuh seperti obat-obatan kanker/steroid dalam jangka panjang dapat diimunisasi dengan cara berbeda.
Demikian halnya untuk orang dengan penyakit yang berhubungan dengan daya tahan tubuh rendah seperti HIV dan gizi buruk.
"Mereka diberikan vaksin bukan dengan bakteri/virus yang dilemahkan, tetapi dengan bakteri/virus yang dimatikan. Misalnya pada vaksin polio tidak menggunakan vaksin tetes namun dengan vaksin injeksi," tuturnya. (TRIBUNJOGJA.COM)