Kabar Gembira di Tengah Pandemi Virus Corona, Uji Coba Antivirus Remdesivir Tunjukan Hasil Positif

Kabar Gembira di Tengah Pandemi Virus Corona, Uji Coba Antivirus Remdesivir Tunjukan Hasil Positif

Editor: Hari Susmayanti
Shutterstock
ilustrasi: perawatan pasien positif terinfeksi virus corona. 

Namun, tidak ada data klinis lain dari studi Gilead yang dirilis hingga saat ini.

Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menggembar-gemborkan potensi remdesivir seperti yang dia miliki untuk banyak perawatan yang masih belum terbukti, dan mengatakan bahwa "tampaknya (pengobatan dengan remdesivir) memiliki hasil yang sangat baik."

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis, pihak Gilead mengatakan: "Apa yang bisa kita katakan pada tahap ini adalah bahwa kita menantikan data dari studi yang sedang berlangsung (untuk) tersedia." 

Pihak Gilead mengatakan bahwa mereka mengharapkan hasil untuk pengujian yang melibatkan kasus parah pada bulan April.

Mullane mengatakan selama presentasinya bahwa data untuk 400 pasien pertama dalam penelitian ini akan "dikunci" oleh Gilead pada Kamis, yang berarti bahwa hasilnya bisa datang kapan saja.

Mullane, yang didorong oleh data Universitas Chicago, menjelaskan keraguannya sendiri tentang banyaknya kesimpulan.

"Itu selalu sulit," katanya, karena percobaan yang berat tidak menyertakan plasebo untuk perbandingan.

Plasebo merupakan pil, obat, atau prosedur yang tidak berbahaya yang lebih banyak diresepkan untuk manfaat psikologis pasien daripada efek fisiologisnya.

"Tapi tentu saja ketika kita memulai obat, kita melihat kurva demam turun," kata Mullane.

“Demam bukan keharusan bagi seseorang untuk melakukan uji coba, kami melihat ketika pasien datang dengan demam tinggi, demamnya berkurang cukup cepat. Kami telah melihat orang-orang lepas dari ventilator sehari setelah memulai terapi. Jadi, dalam hal itu, secara keseluruhan pasien kami telah melakukannya (terkait pasien yang diberi obat) dengan sangat baik.”

Dia menambahkan, “Sebagian besar pasien kami parah dan kebanyakan dari mereka akan pergi (dari RS kami) pada enam hari. Sehingga hal itu menunjukkan pada kami bahwa durasi terapi tidak harus selama 10 hari. Kami memiliki sangat sedikit kasus yang keluar pada (terapi) 10 hari, mungkin (hanya) tiga," kata Mullane.

Dilansir dari STAT News, Mullane mengonfirmasi keaslian data rekaman tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.

Ditanya tentang data itu, Eric Topol, direktur Scripps Research Translational Institute, menggambarkannya sebagai "menggalakan semangat."

“Pasien yang terjangkit sangat parah memiliki risiko kematian yang tinggi. Jadi jika benar bahwa banyak dari 113 pasien berada dalam kategori ini dan dipulangkan, itu merupakan sinyal positif lain bahwa obat tersebut memiliki kemanjuran," kata Topol seraya menambahkan bahwa penting untuk melihat lebih banyak data dari penelitian yang terkontrol secara acak.

Penelitian kasus Covid-19 yang parah dari Gilead mencakup 2.400 peserta dari 152 situs uji klinis yang berbeda di seluruh dunia.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved