Ilmuan Taiwan dan Australia Temukan Mutasi Baru Virus Corona di India, Berubah di Bagian Mahkota

Ilmuan Taiwan dan Australia Temukan Mutasi Baru Virus Corona di India, Berubah di Bagian Mahkota

Editor: Hari Susmayanti
bbc.co.uk
virus corona 

TRIBUNJOGJA.COM - Pengembangan vaksin virus corona terancam dengan munculnya mutasi baru virus Covid-19 di India.

Mutasi baru virus corona ini ditemukan oleh tim peneliti dari Taiwan dan Australia.

Tim tersebut menemukan strain virus corona yang ada di India mengalami mutasi di tubuh seorang mahasiwa kedokteran Kerala yang baru datang dari Wuhan.

Meskipun dari Wuhan, strain yang ditemukan pada pasien tersebut tampak tidak terkait dengan strain yang diidentifikasikan di Wuhan.

Dipaparkan oleh tim peneliti dalam laporan yang dipublikasikan di situs biorxiv.org; mutasi ini terjadi pada bagian protein spike (tonjolan mahkota) virus corona.

Tepatnya pada struktur receptor-binding domain (RBD) yang mengait pada reseptor ACE2 di sel manusia agar virus bisa menginfeksi.

Dengan membuang satu ikatan hidrogen pada protein spike, mutasi ini mengurangi kemungkinan virus mengikat pada reseptor ACE2 yang ditemukan pada jaringan paru-paru dan organ lainnya.

Artinya, vaksin yang menarget protein spike ini mungkin tidak akan bekerja pada pasien yang mengalami terinfeksi virus corona dengan mutasi serupa.

Temuan NASA : Efek Pandemi Virus Corona, Kualitas Udara di Bumi Jadi Lebih Bersih

Grab Indonesia Adakan Tes Gratis Covid-19 untuk Mitra Pengemudi Grab dan Tenaga Kesehatan

Dilansir dari Science Times, Selasa (14/4/2020); tim peneliti dari National Changhua University of Education Taiwan dan Murdoch University Australia berkata bahwa temuan ini merupakan kali pertama sebuah mutasi signifikan ditemukan pada virus corona.

Tim peneliti menulis, observasi studi ini memberikan peringatan bahwa mutasi SARS-CoV-2 dengan berbagai profil epitope bisa terjadi kapan saja.

"Ini artinya, pengembangan vaksin terhadap SARS-CoV-2 saat ini berisiko tinggi menjadi sia-sia," ujarnya.

Sayangnya, temuan tim peneliti ini bukan satu-satunya alasan para pakar lain terheran-heran.

Para pakar yang tak terlibat dalam penelitian juga mempertanyakan kelambatan tim peneliti dalam mengurutkan dan memublikasikan urutan genom strain ini.

Pasalnya, strain sebetulnya telah ditemukan oleh tim peneliti sejak awal Januari, tetapi baru diurutkan dan dipublikasikan secara internasional pada bulan lalu.

Hingga saat ini, temuan tim peneliti juga masih memerlukan verifikasi karena ada banyak faktor yang mungkin memengaruhi hasilnya, misalnya gangguan teknis saat mengurutkan genom strain.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved