Wabah Virus Corona
4 Jenis Obat yang Sedang Diteliti untuk Menyembuhkan Virus Corona
Namun selain menemukan obat yang spesifik menyembuhkan pasien Covid-19, para peneliti juga mencoba menguji kelayakan obat yang sudah ada di pasaran
TRIBUNJOGJA.COM- Hingga hari ini, Jumat (17/4/2020), Virus Corona jenis baru yang mengakibatkan COVID-19 sudah memakan korban lebih dari 2 juta orang di seluruh penjuru dunia.
Dikutip dari laman worldometers.info hingga Jumat jumlah orang terinfeksi Virus Corona 2,197,897 orang dengan angka kematian 147.595 dan jumlah pasien pulih 558.055.
Sejak muncul di Wuhan China akhir tahun lalu, hingga kini peneliti masih berusaha menemukan vaksin Virus Corona.
Pun dengan obat yang menyembuhkan COVID-19 hingga kini masih dalam penelitian.

Semenjak World Health Organization (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global, berbagai institusi dan lembaga berlomba-lomba untuk menemukan obat dan vaksin untuk penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini.
Namun selain menemukan obat yang spesifik menyembuhkan pasien Covid-19, para peneliti juga mencoba menguji kelayakan obat yang sudah ada dan beredar di pasaran. Dihimpun Kompas.com, Jumat (17/4/2020), berikut 5 di antaranya:
1. Avigan
Avigan atau Favipiravir adalah obat antivirus dari Jepang yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang, yaitu Fujifilm Toyama Chemical, dan diproduksi oleh Zheijang Hisun Pharmaceutical.
Pada dasarnya, Avigan dikembangkan untuk mengobati virus influenza. Avigan tersebut diakui sebagai pengobatan eksperimental untuk pasien COVID-19.
Situs Live Science menyebutkan, Avigan secara khusus dibuat untuk mengobati virus RNA. Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 memang memiliki materi genetik utama RNA, bukan DNA. Obat ini menghentikan replikasi virus dengan melumpuhkan enzim yang disebut RNA Polimerase.
• Kabar Gembira di Tengah Pandemi Virus Corona, Uji Coba Antivirus Remdesivir Tunjukan Hasil Positif
Menurut jurnal Proceedings of Japan Academy, Ser.B, dan Physical and Biological Science, tertulis bahwa tanpa adanya enzim utuh, virus tidak dapat menggandakan materi genetik secara efisien dalam sel inang.
Avigan menunjukkan hasil positif dalam uji klinis yang melibatkan 340 orang di Wuhan dan Shenzhen.
Empat hari usai diberikan obat tersebut, para pasien COVID-19 dites kembali dan menunjukkan hasil negatif. Meski begitu, setengah pasien yang dites menunjukkan hasil negatif lebih awal, dan setengahnya lagi lebih dari empat hari.
Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat obat Avigan.
Ahli melihat bahwa pasien baru dinyatakan negatif dalam kurun waktu 11 hari pasca-tertular. Kondisi paru-paru yang ditunjukkan oleh sinar-X memperlihatkan adanya perbedaan besar antara pasien COVID-19 yang mengonsumsi Avigan dengan mereka yang tidak. Pada pasien yang mengonsumsi obat Avigan tampak kondisi paru meningkat 91 persen.