Update Corona di DI Yogyakarta
Pemkot Yogya Minta Pelaku UKM Berinovasi di Tengah Pandemi Virus Corona
Dalam kondisi seperti ini hampir seluruh UKM terdampak, mulai dari oleh-oleh, kerajinan, hingga fashion.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Koperasi, UKM, Tenagakerja, dan Transmigrasi Kota Yogyakarta meminta pelaku Usaha Kecil Mikro (UKM) untuk berinovasi ditengah merebaknya COVID-19.
Kabid Usaha Kecil Mikro Dinas Koperasi UKM Nakertrans Kota Yogyakarta, Rihari Wulandari mengatakan setidaknya ada 6.000 UKM yang memiliki Izin Usaha Mikro (IUM).
Sementara UKM yang belum ber-IUM sekitar 24.000.
Dalam kondisi seperti ini hampir seluruh UKM terdampak, mulai dari oleh-oleh, kerajinan, hingga fashion.
Namun demikian pelaku UKM terus dimotivasi agar mampu berinovasi.
• Ekonomi Lesu UMKM di Kulon Progo Beralih Produksi Masker Agar Tetap Eksis
"Paling berdampak ya fashion, kerajinan. Ada yang berhenti operasional, misalnya fashion, jelas tidak mungkin produksi. Makanya kami motivasi terus supaya berinovasi. Jangan sampai patah semangat," katanya,
Ia menjelaskan selain melakukan inovasi, ada juga pelaku UKM yang beralih profesi.
Setidaknya ada 50an pelaku UKM yang beralih profesi.
Pelaku UKM kuliner, melakukan inovasi dengan menjual kue apem ruahan, dan membuat makanan olahan.
Sementara perajin batik ada yang memilih baring setir memproduksi telur asin.
Sedangkan pelaku UKM fashion ada yang berinovasi membuat masker dari kain perca, atau beralih profesi berjualan wedang uwuh dan empon-empon.
• Beri Pesan Penyemangat Lawan COVID-19, Pengusaha Batik di Yogyakarta Produksi Masker Kain
"Mereka sudah pintar berinovasi, tetap produksi sedikit-sedikit. Saat ini kita motivasi terus para pelaku UKM, sambil menunggu nanti kebijakan dari pemerintah seperti apa," jelasnya.
Terpisah, Ketua Koperasi Bakpia Sumekar Pathok, Sumiyati mengungkapkan hampir seluruh anggotanya tidak memproduksi bakpia.
Ada sekitar 45 anggota koperasi yang tidak produksi bakpia sejak pertengahan Maret.
"Sudah dua Minggu lebih off, pertengahan Maret sama sekali tidak produksi. Kalau awal Maret kemarin masih seperti biasa,tetapi mulai pertengahan langsung berhenti total," ungkapnya.
Ia menerangkan ada sebagian anggota yang memilih banting setir membuat masker, ada pula yang menjual jamu, dan ada pula yang menjual empon-empon.
• Ini Cara Sleman Bantu UMKM Bertahan di Tengah Wabah Virus Corona
Sumiyati sendiri memilih tetap memproduksi bakpia.
Namun ia hanya memproduksi setiap mendapat pesanan saja.
Jika sebelumnya ia bisa menjual sekitar 10 hingga 15 kg per hari, dengan merebaknya COVID-19 ia hanya menjual 5 kg dalam sepekan.
"Selama 25 tahun membuat bakpia baru kali ini seperti ini. Kemarin gempa tidak seperti ini, malah tetep banyak pengunjung. Tetapi kan saat ini kondisinya berbeda. Apalagi kalau bakpia kan untuk oleh-oleh," terangnya.
"Harapannya ya ada bantuan dari pemerintah. Karena tidak sedikit anggota koperasi yang juga tidak produksi. Padahal menggantungkan hidupnya dari bakpia ini," tutupnya. (TRIBUNJOGJA.COM)