Yogyakarta

Masyarakat Harus Tetap Waspada terhadap Virus Dengue Penyebab DBD

Pasalnya, penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini mulai meningkat di awal tahun 2020 berbarengan dengan datangnya musim penghujan.

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Ari Nugroho
TRIBUN JOGJA/M FAUZIARAKHMAN
Demam berdarah dengue 

TRIBUNJOGIA.COM, SLEMAN - Di tengah ancaman virus Corona (COVID-19), masyarakat perlu juga waspada terhadap ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD).

Pasalnya, penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini mulai meningkat di awal tahun 2020 berbarengan dengan datangnya musim penghujan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak 1 Januari 2020 hingga 29 Februari 2020, telah terjadi 13.864 kasus DBD dengan 78 orang meninggal.

Beberapa daerah bahkan telah menetapkan kasus DBD ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti Kabupaten Sikka dan Kabupaten Belitung.

Kewaspadaan terhadap ancaman DBD di seluruh wilayah ini harus tetap menjadi prioritas, terlebih pada bulan-bulan mendatang.

Kenali Gejala Penyebab Demam Berdarah Dengue

Ahli serangga World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta Warsito Tantowijoyo, memprediksi bulan Maret dan April 2020 sebagai puncak kasus DBD di Kota Yogyakarta.

Hal tersebut berdasarkan data populasi Aedes aegypti yang telah mencapai puncaknya di sekitaran bulan Januari 2020.

“Puncak populasi Aedes aegypti terjadi di sekitaran bulan Januari lalu. Setelahnya populasi akan menurun. Berdasarkan pengalaman, musim tinggi penyakit DBD biasanya mulai terjadi 2-3 bulan pasca puncak populasi nyamuk. Disinilah perlu diwaspadai meningkatnya kasus DBD," ujar Warsito, Jumat (27/3/2020).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan DIY, sepanjang Januari-Februari 2020, di DIY telah terjadi 1032 kasus, dengan 2 orang meninggal di Kabupaten Gunungkidul.

Angka ini terdiri dari 333 kasus penderita di Gunungkidul dan 2 orang meninggal, 276 penderita di Bantul, 248 penderita di Sleman, 92 penderita di Kulon Progo, dan 81 penderita di Yogyakarta.

WMP dan Dinkes Kota Jogja Adakan Panggung Gembira Peringati Hari Dengue se-ASEAN

Sementara itu, Peneliti Utama WMP Yogyakarta Adi Utarini menyampaikan pada tahun 2016 lalu mulai menitipkan ember berisi telur Aedes aegypti ber-Wolbachia di sebagian area Kota Yogyakarta untuk melihat efektifitasnya dalam pengendalian dengue.

Dari penelitian multi-years yang sudah dilakukan tersebut, WMP Yogyakarta menemukan bahwa Wolbachia efektif dalam penurunan angka DBD di wilayah kuasi penelitian.

Temuannya, kasus DBD di wilayah kuasi yang diintervensi dengan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta menurun 74 persen dibandingkan wilayah yang tidak diintervensi.

Angka ini merupakan analisis awal dalam implementasi teknologi Aedes aegypti ber-Wolbachia untuk pengendalian vector dengue.

Analisis ini menunjukkan arah positif bahwa terdapat penurunan kasus demam berdarah di wilayah penitipan ember telur nyamuk ber-Wolbachia dibandingkan dengan wilayah pembanding.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved