Sleman

Dinkes Sleman Lakukan Fogging di 30 Titik

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih jadi perhatian pemerintah Kabupaten Sleman

Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
net
dbd_1101 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kasus Demam  Berdarah Dengue (DBD) masih jadi perhatian pemerintah Kabupaten Sleman.

Untuk mengurangi dampak persebaran kasus DBD, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman telah melakukan upaya fogging.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo menjelaskan, fogging dilakukan karena sudah ada beberapa fokus penularan di wilayah Sleman. Dan fogging terbanyak berada di kecamatan Sleman sesuai dengan jumlah kasusnya.

Adapun sebaran kasus DBD di Sleman telah mengalami pergeseran. Hingga awal Maret ini total ada 160 pasien DBD, di mana terbanyak berada di Kecamatan Sleman, Ngaglik dan Prambanan. Tahun sebelumnya, kasus DBD paling tinggi berada di Kecamatan Depok, diikuti Ngaglik dan Mlati.

"Untuk tahun ini kurang lebih sudah 30 titik fokus yang difogging. Tidak hanya di kecematan Sleman, tapi juga di Ngaglik, Prambanan, Depok, Kalasan, Mlati maupun gamping," ujarnya.

Namun demikian, masyarakat tidak bisa menggantungkan pemberantasan nyamuk hanya dengan bantuan fogging dari pemerintah. Fogging sendiri adalah langkah terakhir jika dalam suatu wilayah ada kasus dan terjadi perluasan kasus.

Fogging dilaksanakan sesuai indikasi dan beberapa pertimbangan, karena ada dampak negatif yang mengikutinya yakni biaya mahal, dapat merusak ekosistem dan hanya membunuh nyamuk dewasa, selain itu fogging hanya bisa dilaksanakan pada pagi hari. Maka dari itu, pencegahan utama untuk DBD adalah tetap melalui PSN dengan 3M plus.

Lebih lanjut Joko menerangkan, dari angka 160 kasus DBD hingga awal Maret, angka itu lebih rendah dari pada tahun lalu. Di mana tahun lalu kasus DBD di bulan Januari - Februari saja sudah mencapai 213 kasus.

Terkait pergeseran sebaran pasien DBD, hal ini masih dalam kajian. Joko menjelaskan bahwa penularan DBD berkaitan dengan angka bebas jentik.

Diungkapkannya, bahwa biasanya angka bebas jentik Kecamatan Sleman bagus, namun belakangan ini agak menurun sehingga kasus DBD meningkat.

"Dari 160 kasus ini umurnya variatif tapi mayoritas anak-anak. Terus terang untuk angka bebas jentik di Sleman masih fluktuatif dan belum stabil. Kadang-kadang masih naik, kadang turun. Angka bebas jentiknya turun jadi kasusnya meningkat," urainya.

Dalam kesempatan itu ia memaparkan bahwa angka bebas jentik berkaitan dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan masyarakat. Ia pun berharap semua warga masyarakat dapat terug mengaktifkan dan menjaga gerakan pemberantasan sarang nyamuk. Pasalnya hanya dengan gerakan 3M plus maka angka bebas jentik meningkat. Dan jika angka bebas jentik di atas 95 persen secara teoritis tidak ada penularan DBD.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved