The Journey of Happiness Ala Perupa Ekwan

Memaknai dan merasakan kebahagiaan adalah relatif dalam artian masing masing orang memiliki pengalaman sendiri sendiri.

Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Hari Susmayanti
Dok Pribadi
Karya Ekwan dalam The Journey of Happiness 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Memaknai dan merasakan kebahagiaan adalah relatif dalam artian masing masing orang memiliki pengalaman sendiri sendiri.

Pun dengan Ekwan Marianto, perupa yang lama berproses kesenian di Yogyakarta ini juga memiliki pengalaman merasakan dan memaknai kebahagiaan yang ia tuangkan dalam puluhan lukisannya.

Belum lama ini sebanyak 40 karya terbarunya tersebut ia pamerkan baik dalam bentuk dua dan tiga dimensi dalam sebuah pameran tunggal yang ia rangkum menjad satu tema besar yang ia sebut sebagai The Journey of Happiness.

Menyaksikan karya Ekwan membuat kita tergelitik, hal ini diamini oleh Nunuk Ambarwati salah satu kurator.

Bagi Nunuk, pada saat yang sama penikmat karya Ekwan juga bisa terharu dan terinspirasi untuk membuka diri pada sebuah hal mendasar yang membuat seseorang menjadi manusia sesungguhnya.

"Kita mendapat kesempatan berharga untuk mengingat kembali hal-hal yang membahagiakan. Kesederhanaan karya Ekwan tak hanya menyamarkan kepekaan sang seniman yang luar biasa namun juga keahlian yang dilatih selama bertahun-tahun serta, yang paling penting, beragam lapis interpretasi terhadap karya-karyanya," ujar Nunuk.

Karya seni Ekwan menjadi sebuah peringatan merisaukan bahwa keberhasilan manusia yang paling hebat sebenarnya selalu berakar dalam imajinasi dan kerbesamaan, bukan pada sesuatu yang acap kita pikirikan seperti sistem penilaian yang rumit dan kompetitif, kemampuan konsumsi, dan kesempurnaan layaknya produk buatan mesin.

Lukisan Ekwan yang tampaknya kekanakan justru menyimpan rahasia kegembiraan yang selalu dicari-cari oleh manusia layaknya sebuah pencapaian.

Sumber inspirasi Ekwan yang lain adalah desa kampung halamannya, film-film kartun yang pernah ditontonnya waktu kecil, perayaan-perayaan di desa, lukisan karya pelukis Indonesia maupun mancanegara, ingatan-ingatan serta imajinasinya, wayang kulit, ukiran tradisional, graffiti yang tersebar di dinding-dinding kota Yogya, pesawat terbang di udara dan banyak lagi.

Beberapa sumber inspirasinya adalah sesuatu yang berada di alam sadarnya, dan ada pula yang berasal dari alam bawah sadar.

Yang pasti, Ekwan kini membuka pintu bagi apapun untuk menjadi inspirasi, selama ia masih tetap setia menggerakkan tangan sesuai keinginan hati dan selama ia masih merasa nyaman untuk berkarya. Hasilnya adalah karya karya sugestif yang utuh.

“Berkesenian bagi saya itu tidak ada kata berhenti karena itu sumber kebahagiaan saya. Saya suka menyaksikan citra yang muncul dari permainan-permainan ekspresif saya. Saya sering terkejut melihat sebuah bentuk muncul, dan mewujud. Seandainya saya berhenti dan berpikir, mungkin hal itu tampak konyol. Saya tak mungkin akan berani melukis tangan seperti itu, atau kumis yang menggelantung di tepian muka atau apapun yang serupa, jika saya kebanyakan berpikir. Tapi kalau mengerjakan hal seperti ini menyenangkan, melukis dan memainkan warna sesuka hati, buat apa dipikirkan," seloroh Ekwan.

Memiliki Ruang Seni Kembang Jati Art House

Perupa yang sempat mengeyam pendidikan formal di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta ini juga memiliki ruang seni yang dikelolanya bernama Kembang Jati Art House. Melalui ruang seni ini Ekwan konsisten terus berkarya dengan menangkap momen hidup yang sudah ia lalui.

Ekwan sendiri mulai mempelajari seni di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR). Disana ia belajar dasardasar menggambar, melukis, mengukir kayu, membatik, membuat cetakan, membuat ilustrasi dan sebagainya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved