Siswa di Sleman Hanyut

Abi Ungkap 'Rapat Online' Jelang Petaka Air Bah Susur Kali Sempor SMPN 1 Turi

seminggu berlalu sejak tragedi Kali Sempor acara susur sungai kegiatan Pramuka diputuskan dan diberitahukan lewat layanan pesan grup

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com | Setya Krisna Sumaro
Seminggu berlalu sejak tragedi Kali Sempor, Jumat (21/2/2020), seorang siswa SMPN 1 Turi, Sleman, mengungkap kisah lain jelang petaka yang merenggut 10 nyawa itu. 

“Mau nyari makan siang belum ada, jadi langsung berangkat,” kata anak remaja yang tinggal di Jamblangan, Turi ini.

Apel digelar sekitar pukul 13.00, sebelum jelang pukul 14, semua peserta susur sungai terdiri siswa-siswi kelas 7 dan 8 long march ke wisata outbond Lembah Sempor.

Saat apel itulah, Abi memberanikan diri bertanya sekaligus upaya mengingatkan guru pembina terkait cuaca yang mencemaskan.

“Saat itu mendung gelap, geludug (petir) tak henti-henti terdengar di utara (lereng Merapi). Saya tanya, Pak, cuaca begini apa tetep mau diteruskan?” ungkap Abi.

“Dia menjawab, cuaca begini biasa, lanjut,” katanya mengutip guru pembina yang juga guru olah raga di sekolahnya.

 Sungai Sempor
Sungai Sempor (istimewa)

Abi belum puas ke satu guru pembina, ia bertanya ke pembina kedua. "Dibilang, nanti lihat situasi di sungai,” lanjut Abi.

Ia tak kuasa menolak. Sesudah apel, semua peserta dibariskan per regu, lalu berangkat long march jalan kaki sekitar 3 kilometer, dari sekolah menuju Lembah
Sempor.

“Di perjalanan hujan lebat mengguyur. Kita semua basah kuyup. Tapi perjalanan terus dilanjutkan. Guru pembina naik motor mengawal,” ungkapnya.

Abi tak lagi melihat guru pembina yang juga guru olah raga SMPN 1 Turi. Saat apel di halaman sekolah, sang guru pembina ini ada, menenteng pengeras suara.

Ia waktu itu menurut Abi, mengenakan kaus dan celana training. Abi tidak tahu ke mana sang guru sesudah itu, karena di lokasi start di Lembah Sempor, ia juga tak melihatnya.

Karena posisi Abi dan tanggungjawabnya sebagai Ketua Dewan Penggalang SMPN 1 Turi, ia mengiringi ratusan teman dan adik kelasnya. Ia berjalan paling belakang sebagai penyapu (sweeper).

Jadi ketika tiba di jembatan Lembah Sempor, sebagian besar siswa-siswi sudah masuk ke alur sungai, lalu berjalan menyusurinya ke arah hulu.

“Air sungai saat itu sudah mulai keruh. Hujan berhenti , cuaca cukup cerah,” jelasnya. Ia lalu menyusul masuk alur sungai, berjalan menghulu hingga sekitar 500 meter.

Ia mendapati seorang siswi terluka tangannya, dan ditolong anak PMR. Abi meminta mereka menepi, dan ia mencari jalan setapak ke atas tebing sungai.

Sesudah menemukan jalan, siswi yang terluka dan petugas PMR ikut naik. Abi tadinya berusaha mencari jalan meniti tepi sungai ke arah hulu,
tapi kesulitan karena jalan penuh semak dan rumpun bambu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved