Vaksin Virus Corona Bakal Segera Diujicobakan pada Manusia pada Bulan April Mendatang
Vaksin dibuat hanya dalam waktu 42 hari setelah SARS-CoV-2 dirilis oleh peneliti China pada pertengahan Januari 2020.
TRIBUNJOGJA.COM - Modern Therapeutics, sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, AS, telah mengirimkan vaksin COVID-19 gelombang pertama.
Vaksin dibuat hanya dalam waktu 42 hari setelah SARS-CoV-2 dirilis oleh peneliti China pada pertengahan Januari 2020.
Dilansir Time, botol pertama dikirim ke National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), bagian dari National Institutes of Health (NIH) di Bethesda, AS.
Vaksin tersebut akan siap diujicobakan ke manusia mulai April mendatang.
• China Lacak Patient Zero, Orang Pertama yang Positif Terjangkit Virus Corona
• Setelah Dinyatakan Sembuh, Perempuan Jepang Ini Kembali Terinfeksi Virus Corona
Vaksin Moderna dikembangkan dalam waktu singkat karena didasarkan pada metode genetik yang relatif baru.
Metode genetik baru tersebut tidak memerlukan pertumbuhan virus dalam jumlah besar.
Sebagai gantinya, vaksin dikemas dengan mRNA, materi genetik yang berasal dari DNA dan membuat protein.
Moderna memuat vaksinnya dengan mRNA yang mengkode protein virus Corona yang tepat.
Kemudian, vaksin disuntikkan ke dalam tubuh.

Sel-sel kekebalan di kelenjar getah bening dapat memproses mRna dan mulai membuat protein dengan cara yang tepat bagi sel-sel kekebalan.
"mRNA benar-benar seperti molekuk perangkat lunak dalam biologi," kata Presiden Moderna, Stephen Hoge.
"Vaksin kamu seperti program perangkat lunak bagi tubuh. Kemudian membuat protein yang dapat menghasilkan respons kekebalan," lanjutnya.
Itu berarti, metode vaksin dapat ditingkatkan dengan cepat dalam waktu yang singkat.
• Ancaman Virus Corona Saat Pra Paskah, Sejumlah Gereja di Korsel Tutup Hingga Kebaktian Dialihkan
• Vaksin dan Obat Pencegahan Virus Corona Dibuat Peneliti dalam 42 Hari
Percobaan ini adalah yang pertama kalinya untuk menguji vaksin yang mengobati COVID-19.
Pada April mendatang, percobaan akan dipimpin oleh tim dari University of Nebraska Medical Center.