Siswa SMP di Sleman Hanyut
Jawaban Pembina Pramuka SMPN 1 Turi yang Jadi Tersangka Saat Diingatkan Warga
Warga sudah memperingatkan pembina pramuka sekaligus guru di SMPN 1 Turi ini. Namun ia menjawab 'Kalau Mati di Tangan Tuhan'.
Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) sudah menetapkan satu orang tersangka dalam peristiwa Tragedi Susur Sungai Pramuka SMPN 1 Turi. Pembina pramuka berinisial IYA ini dijerat pasal 359 KUHP tentang Kelalaian yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia.
Berdasarkan kesaksian seorang siswa, terungkap bahwa warga sudah memperingatkan pembina pramuka sekaligus guru di SMPN 1 Turi ini. Namun ia menjawab 'Kalau Mati di Tangan Tuhan'.

TRIBUNJOGJA.COM - Peristiwa memilukan terjadi pada kegiatan susur sungai pramuka SMPN 1 Turi pada Jumat (21/2/2020) lalu. Ratusan siswa hanyut saat melakukan kegiatan susur sungai di Kali Sempor. 10 di antaranya meninggal dunia.
Atas kejadian itu, Polda DIY menetapkan satu orang tersangka berinisial IYA yang merupakan pembina pramuka sekaligus guru di SMPN 1 Turi.
• Mbah Diro Gendong Siswa dan Hampir Hanyut saat Selamatkan Siswa SMPN 1 Turi
IYA disebut sebagai inisiator kegiatan susur sungai. Namun saat kegiatan itu berlangsung, IYA justru diketahui meninggalkan lokasi.
'Satu pembina ada keperluan sehingga meninggalkan rombongan setelah mengantar siswa di lembah Sempor. Dan yang meninggalkan peserta inilah statusnya dinaikkan menjadi tersangka," demikian sebagaimana informasi yang dirilis Polda DIY melalui akun twitternya.
IYA dijerat pasal 359 KUHP tentang Kelalaian yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia.
Selain itu, IYA juga dijerat dengan pasal 360 KUHP mengenai Kelalaian yang Menyebabkan Orang Lain Luka-luka. Ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.
• FAKTA Terbaru Ketua Gudep dan Pembina Pramuka SMPN 1 Turi, Miliki Sertifikat Mahir Dasar Pramuka
Kesaksian siswa SMPN 1 Turi

Salah seorang korban selamat dalam tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman, Jumat (21/2/2020) lalu, Tita Farza Pradita, bercerita tentang peringatan warga setempat terkait kegiatan mereka.
Tita, demikian sapaan gadis itu, mengaku mendengar warga memperingatkan pembina Pramuka sebelum susur Sungai Sempor berlangsung.
"Sama warga sudah diingetin. Saya mendengar ada warga yang memperingatkan," kata Tita, seperti dilansir Kompas TV.

• Akhir Cerita Yasinta Bunga Anak Semata Wayang Korban Susur Sungai SMPN 1 Turi dan Ayahnya
Namun, lanjut Tita, peringatan tersebut disambut kata-kata tak enak dari pembinanya.
"Katanya, 'Enggak apa-apa, kalau mati di tangan Tuhan', kata kakak pembinanya," ujar Tita yang mengaku mendengar langsung jawaban pembinanya tersebut.
Tita tak menyangka akan mengalami kejadian mengerikan saat menyusuri Sungai Sempor bersama rekan-rekan sekolahnya dan adik-adik kelasnya.

Pada Jumat (21/2/2020) sore itu, mereka dibagi menjadi beberapa regu untuk masuk ke sungai.
"Satu regu ada yang tujuh dan delapan orang," katanya.
Setelah beberapa saat berjalan, arus besar dari arah atas tiba-tiba menerjang.
Salah seorang rekan bernama Via yang saat itu bersamanya mengeluh tidak kuat menahan arus.
"Via bilang, 'Ta, aku udah enggak kuat'. Tak suruh dia pegangan di pundak," katanya.
Belum selesai bertahan dari arus yang kian deras, Tita mendengar teriakan lain dari adik-adik kelasnya.
"Adik kelas bilang, 'Mbak, Mbak, kae tulungi ana sing wes keli soko nduwur' (Mbak, Mbak, tolongi, ada yang sudah hanyut dari atas). Ya udah saya tolong," papar Tita.
Tita menuturkan berusaha menggapai dua orang yang hanyut dari atas.
Di tengah derasnya arus, Tita mengerahkan tenaganya.
Tangan kanannya memegang seorang adik kelas perempuan, sedangkan tangan kirinya menggapai seorang anak laki-laki. Keduanya hanyut terbawa arus dari atas.
"Adik kelas ada dua, (tangan) yang kanan megangin cewek, yang kiri megangin cowok, Via pegang pundak," katanya.
Merasa lelah, pertahanan keempat remaja itu pun runtuh.
Mereka terseret arus hingga beberapa meter.
Tita mengaku terpisah dari ketiga orang yang sempat ditolongnya.
"Terus aku kesangkut di batu, nangis minta tolong, ada warga yang nolongin," ucap dia.
Tita mengaku tak tahu-menahu mengapa kegiatan susur sungai diadakan.
Yang ia tahu, susur sungai menjadi kegiatan rutin Pramuka di SMPN 1 Turi.
"Enggak tahu (tujuannya). Soalnya, setiap tahun kalau mau kemah pasti ada itu (susur sungai)," katanya.
Adapun dalam kejadian ini, 10 orang siswa anggota Pramuka SMPN 1 Turi meninggal dunia. (*)
• FAKTA Terbaru Ketua Gudep dan Pembina Pramuka SMPN 1 Turi, Miliki Sertifikat Mahir Dasar Pramuka
==
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sempat Diperingatkan Warga Tak Susur Sungai, Pembina Jawab "Kalau Mati di Tangan Tuhan"