Lifestyle
Ternyata, Stunting Tak Sama dengan Kerdil
Pemberitaan Kompas.com edisi 18 Maret 2019 menyebutkan, anak-anak dwarfisme pada umumnya memiliki orangtua yang juga pendek.
TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Masih ada kesalahpahaman di masyarakat bahwa stunting sama dengan kerdil.
Padahal, keduanya tidaklah sama.
"Stunting bukan kerdil. Stunting adalah gagal tumbuh, sedangkan kerdil lebih kepada faktor biologis."
Hal itu diungkapkan oleh Outreach Coordinator 1000 Days Fund, Valerie Krisni seusai media gathering di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (10/2/2020).
Dalam kesempatan tersebut, 1000 Days Fund sekaligus menyampaikan capaian penyebaran 12.000 poster tinggi badan ke 22 pulau di Indonesia.
• Capai 18,2 Persen, Stunting Masih Jadi Masalah di Gunungkidul
Stunting didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Mulai dari lingkungan, kebersihan, hingga kecukupan nutrisi anak di seribu hari pertama kehidupan.
Sementara kerdil (dwarfisme) atau perawakan pendek lebih disebabkan oleh faktor keturunan atau hormon.
Pemberitaan Kompas.com edisi 18 Maret 2019 menyebutkan, anak-anak dwarfisme pada umumnya memiliki orangtua yang juga pendek.
• Kadinkes Gunungkidul: 70 Persen Masalah Stunting Bisa Diselesaikan Warga Sendiri
Mengetahui anak stunting
Meski begitu, cara termudah mengetahui apakah seorang anak mengalami stunting adalah dengan pendekatan pengukuran tinggi.
Kepala Badan Litbang Kesehatan dari Kementerian Kesehatan, dr. Siswanto, MPH, DTM menjelaskan, seorang anak disebut stunting, jika tinggi badan anak menurut usianya minus 2 standar deviasi (-2SD).
Sedangkan cara lainnya adalah dengan pendekatan kombinasi atau mempertimbangkan pula perkembangan anak secara klinis.
Namun, cara ini dianggap lebih rumit terutama jika diterapkan di daerah-daerah.
Sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan persentase sebagai patokan, yakni 20 persen.