Kesehatan
Empat Metode Pengobatan Kanker Paru, Mulai dari Kemoterapi Hingga Terbaru Imuno Onkologi
Empat Metode Pengobatan Kanker Paru, Mulai dari Kemoterapi Hingga Terbaru Imuno Onkologi
Setelah beberapa kali pengobatan kemoterapi, dokter akan mengetahui respons tubuh pasien terhadap pengobatan itu.
Adapun cara mengetahuinya melalui tes darah atau pemindaian tubuh untuk mengetahui apakah sel tumor sudah berkurang atau belum.
Meskipun menjadi pengobatan yang sering dilakukan pasien, kemoterapi punya beberapa kelemahan.
Salah satunya adalah besarnya efek samping yang dihasilkan.
Efek samping muncul karena obat-obatan yang dikonsumsi tidak memiliki kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang pesat secara abnormal dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki perkembangan pesat, seperti sel darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di dalam perut.
Adapun beberapa efek samping yang dialami pasien di antaranya rambut rontok, nyeri di sebagian tubuh, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sesak napas, kelainan detak jantung, dan merasakan lelah serta lesu sepanjang hari.
• Virus Corona Diprediksi Bakal Hilang pada Mei 2020 Karena Pengaruh Cuaca Panas, Ini Penjelasan Ahli
2. Radioterapi
Pengobatan yang bisa dilakukan pasien kanker paru lainnya adalah radioterapi.
Terapi ini menggunakan partikel berenergi tinggi atau gelombang untuk menghancurkan atau merusak sel-sel kanker.
Menurut artikel Kompas.com, Rabu (10/10/2018), radioterapi merupakan salah satu pengobatan kanker yang cukup umum, baik itu dilakukan terpisah atau bersamaan dengan pengobatan lainnya.
3. Terapi Target
Terapi target adalah metode pengobatan penyakit kanker paru-paru yang menggunakan obat-obatan untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.
Prosedur ini sebenarnya mirip dengan kemoterapi. Hanya saja setiap pasien mendapat pengobatan yang berbeda dan pemberian obat dilakukan pada sel yang abnormal.
Pasalnya, pengobatan ini harus disesuaikan dengan marker molekuler dari mutasi sel.
Salah satu terapi target yang berhasil dan tersedia obatnya di Indonesia adalah penghambat Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR).