Travel

Menyambangi Situs Kuno Pemandian Air Panas Para Puteri Raja di Candi Umbul Magelang

Air di kolam ini dipercaya oleh sebagian warga dapat mengobati penyakit kulit seperti gatal, bahkan dipercaya untuk terapi rematik, darah tinggi,dll.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Rendika Ferri
Wisatawan tengah menikmati air kolam di Candi Umbul yang terletak di Dusun Candi Umbul, Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Magelang. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Sebuah situs bersejarah berusia ratusan tahun yang konon menjadi tempat pemandian puteri-puteri raja di masa Kerajaan Mataram Kuno sejak abad 8 Masehi.

Sumber mata air panas di sana tak pernah kering bahkan saat kemarau, mengairi kolam pemandian kuno yang tersembunyi di tengah-tengah lembah di antara perbukitan dan lahan persawahan yang hijau.

Adalah Candi Umbul yang terletak di Dusun Candi Umbul, Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Magelang.

Sebuah candi peninggalan Mataram kuno yang diperkirakan pada abad 8 Masehi.

Candi ini adalah tempat pemandian yang konon dulu kerap digunakan puteri-puteri raja pada zaman dahulu.

Imlek di Kota Magelang Gaungkan Semangat Kerukunan

Tempat pemandian air panas itu pun masih berdiri dan digunakan oleh masyarakat saat ini.

"Candi Umbul ini dulu adalah peninggalan Mataram Kuno sekitar abad 8 Masehi, termasuk peninggalan tua, sebelum candi Borobudur. Candi Umbul ini adalah satu candi yg tertua di Magelang. Konon menurut cerita di tempat ini dahulu, para puteri-puteri raja, mereka datang dan mandi di sini," kata Iswanto (51), Juru Pelihara Candi Umbul.

Sebelum ditemukan, Candi Umbul terpendam di dalam tanah di lahan persawahan warga setempat.

Aliran Kali Elo saat banjir kerap membanjiri lahan tempat candi berdiri.

Sampai kemudian salah satu warga yang kebetulan sedang membuat kolam, menggali ke dalam tanah, tiba-tiba menemukan batuan yang mirip dengan struktur candi.

Batu-batu itu ditemukan banyak jumlahnya dan membentuk struktur seperti kolam.

Warga pun terus menggali, hingga terlihatlah sebuah kolam bekas tempat pemandian kuno.

Di tengah-tengahnya, air panas memancar keluar dari mata air atau umbul.

5 Tahap Mudah Tutorial Skincare Morning Routine, Jaga Kulit Wajah Agar Sehat Sedari Pagi

Di sekitar kolam itu juga ditemukan dua buah candi kecil, seperti gerbang saat masuk.

"Saya warga asli sini. Sejak kecil, sejak zaman mbah buyut saya, sudah ada candi ini. Dulunya kolam, tetapi roboh karena longsor. Lalu direnovasi. Bentuknya masih seperti itu. Ada dua candi dan terus pemandian. Dulu, ditemukan masih sawah, oleh warga yang membikin kolam. Dahulu mungkin juga sempat terkena erupsi, gempa bumi dan banjir, sehingga terkubur. Dulu juga saat kecil kalau banjir di Sungai Elo meluber. Semua candi rata, banjir sampai area candi. Sebagian besar batunya dibawa air. Tersisa batu-batu yang ada di sana, hasil ekskavasi temuan BPCB," tutur Iswanto.

Pemugaran pun dilakukan.

Batuan candi yang berantakan disusun sedemikian rupa hingga membentuk kolam.

Ada dua kolam.

Kolam besar yang terletak lebih tinggi, dan satu kolam kecil di sebelahnya.

Di setiap sudut kolam, terdapat empat batu ompak, yang diduga dulu adalah tempat pondasi dari tiang bangunan peneduh di atas kolam.

Sementara salah satu sisi, terdapat undakan dengan ukiran makara di setiap sisinya.

5 Tempat Wisata Terbaik di Jogja Menyaksikan Sunrise di Gunung, Bukit, Waduk dan Pantai

Batu-batu candi yang tak lengkap ditata di sisi sebelah kolam pemandian.

"Pemugaran saya pikir sudah sejak dahulu dilakukan. Pada tahun 2001 dan 2006 juga dialkukan pemugaran. Waktu itu dulu masih sawah, dan ada batu yang terlihat. Batu-batu itu dilakukan ekskavasi dan disusun kembali. Air panas keluar dari sumber mata air di dalam kolam," ujarnya.

Air hangat memancar keluar dari mata air di dalam kolam.

Namun, belum diketahui secara pasti, dari mana panas itu berasal.

Entah dari panas bumi, aktivitas vulkanik atau penyebab lain, hingga saat ini masih dicari tahu.

Sumber mata air yang ada di dalam kolam itu tak pernah kering saat musim kemarau sekalipun.

"Airnya hangat dari dulu, tetapi sumber panasnya belum tahu dari mana. Dari dalam bumi atau dari apa. Menurut cerita, karena airnya yang hangat, tempat ini menjadi pemandian putri raja. Di dalam kolam masih banyak situs. Ada tujuh situs di dalam kolam. Salah satu diantaranya adalah empat batu atau ompak yang digunakan untuk menyangga bangunan. Seharusnya dulu diperkirakan pernah berdiri bangunan penutupnya, tetapi sekarang sudah tidak ada," katanya.

Rekomendasi Wisata Jogja, Bangunan Bergaya Eropa yang Instagrammable

Ada dua kolam di Candi Umbul ini.

Kolam besar yang terletak lebih tinggi, dan satu kolam kecil di sebelahnya.

Kolam satu berukuran 12 x 8 meter dengan kedalaman kolam dua meter, dan kedalaman air 1,25 meter.

Kolam bawah berukuran lebih kecil, 7 x 8 meter dengan kedalaman kolam 1,5 meter dan kedalaman air satu meter.

Sumber utama air ada di kolam atas dan mengalir ke kolam bawah.

Tempat pemandian ini hingga sekarang masih digunakan oleh warga.

Pengunjung juga banyak berdatangan menjajal mandi di dalam kolam.

Air di dalam kolam ini dipercaya oleh sebagian warga dapat mengobati penyakit kulit seperti gatal, bahkan dipercaya mereka untuk terapi rematik, darah tinggi dan penyakit lain.

Catat, Ada 283 Acara Wisata di Yogya pada 2020

Beberapa pengunjung juga melakukan ritual saat malam hari.

"Fungsi air tersebut yang untuk wisata, tetapi kadang-kadang untuk ritual. Air itu juga diambil sebagai air suci. Warga melakukan terapi penyakit kulit, seperti gatal, stroke, rematik, darah tinggi, karena dipercaya berendam setengah jam di sini dapat sembuh. Air dari mata air candi Umbul, dipercaya menyembuhkan," kata Iswanto, pria yang sudah 17 tahun menjadi juru pelihara candi tersebut.

Perawatan candi rutin dilaksanakan. Juru pelihara membersihkan candi dengan cara manual, baik manual basa dan manual kering.

Pengurasan kolam dilakukan setiap dua minggu sekali.

Kolam dikuras hingga habis airnya kemudian disikat dan dibersihkan dari lumut dan kotoran.

Juru pelihara juga berjaga mengamankan candi setiap waktu untuk mencegah tangan-tangan jahil.

"Candi buka setiap hari, dari Pukul 06.00 WIB sampai 18.00 sore hari. Tempatnya bisa diakses melalui Jalan Magelang -Temanggung melalui Pringsurat, atau bisa juga melalui Grabag, Magelang," katanya.

Klaten Antusias Bakal Hadirnya Destinasi Wisata Terowongan Kolonial

Banyak warga yang berdatangan ke Candi Umbul untuk sekedar berwisata dan untuk keperluan pengobatan.

Seperti Sodiwin, warga Grabag yang mengantar ibunya berendam di dalam kolam Candi Umbul, dengan harapan ibunya dapat sehat.

Selain itu, ia juga mengajak istrinya untuk sekalian berwisata di sini.

"Hangat airnya, bisa buat ngobati gatal-gatal. Airnya seger dan saya juga sengaja mandi. Kalau saya sudah sering, istrinya saya ajak juga untuk wisata," katanya.

"Kalau saya mengantar anak wisata, main ke Candi Umbul. Kami belum pernah ke sini, ingin mencoba bagaiman rasanya," kata pengunjung lain, Musdalifah (40), warga Bongso, Kalikutho, Grabag, Magelang.

Kini Candi Umbul sudah dibangun dengan bagus.

Dulu jika pemandian tidak terdapat tembok, sekarang sudah dibangun tembok atau pagar di sekillingnya.

Ada juga musala, kamar mandi, tempat bilas, gardu pandang, dan kantin yang ada di bangunan baru.(TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved