Tekan Angka Stunting, PT Tripatra Beri Edukasi di Desa Muntuk Dlingo Bantul
Ada sekira 105 peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Semuanya merupakan warga dari 3 desa di Kecamatan Dlingo.
Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Menyambut Hari Gizi Nasional yang jatuh setiap 25 Januari, perusahaan yang bergerak di bidang rekayasa teknik, pengadaan, dan konstruksi (EPC), PT Tripatra Engineers and Constructor (TRIPATRA) menggelar kegiatan penanggulangan stunting di Desa Muntuk Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Kamis (23/1/2020) lalu.
Bekerja sama dengan Pemerintah Desa Muntuk dan Puskesmas Dlingo 2, penyuluhan yang dilakukan di Balai Desa Muntuk ini mengangkat bahasan mengenai stunting pada anak dan pemberian bantuan gizi tambahan.
Ada sekira 105 peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Semuanya merupakan warga dari 3 desa di Kecamatan Dlingo.
Acara yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB ini juga membagikan buklet berisi panduan pola hidup pencegahan stunting.
Dipilihnya Desa Dlingo sebagai lokasi penyuluhan bukan tanpa sebab. Kawasan ini termasuk lokus (lokasi khusus) yang ditetapkan pemerintah sebagai fokus stunting.
Kabupaten Bantul merupakan satu dari 60 kabupaten/kota prioritas stunting di Indonesia.
Stunting sendiri bukan isu baru dalam dunia kesehatan, merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada 1,000 hari pertama kehidupan anak (usia emas), yaitu sejak janin hingga usia anak 2 tahun.
Ninesiana Saragih, HOD Head of Corporate Communications and CSR PT TRIPATRA, mengungkapkan, kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian dari CSR bertajuk 'Kesehatan yang Baik, Ciptakan SDM Unggul'.
Kendati berkantor pusat di Jakarta, namun PT Tripatra telah membuka cabang di Yogyakarta sejak tahun 2011, dan selalu berusaha berkontribusi positif bagi masyarakat di daerah mereka beroperasi.
"Acara ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah dalam menanggulangi stunting," papar Ninesiana dalam keterangan tertulisnya.
Berkaca dari hasil Riskesda (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, angka penderita stunting atau kerdil balita di Bantul mencapai 22,89 persen.
"Dengan adanya kegiatan ini diharapkan ada perubahan yang berdampak jangka panjang, terutama pola pikir orang tua terhadap pengasuhan dan kesadaran gizi anak, sehingga dapat menurunkan angka stunting," tambahnya.
Acara ini ini juga dapat menjadi sarana pelatihan dan pembelajaran kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap proses tumbuh kembang anak demi kemajuan SDM Indonesia
Sementara itu, Sukirman, seorang warga penerima bantuan menyatakan sangat berterima kasih atas informasi tentang stunting.
"Ya, tentunya kita mengikuti saran dokter yang menyampaikan materi, harapan saya, semoga tidak berhenti di penyuluhan ini," ujar Sukiman.