Tak Hanya di Purworejo, Raja Kerajaan Agung Sejagad Juga Lakukan Ritual di Sleman
Tak Hanya di Purworejo, Raja Kerajaan Agung Sejagad Juga Lakukan Ritual di Sleman
Penulis: Santo Ari | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kegiatan ritual Kerajaan Agung Sejagad pimpinan Totok Santoso (42) dan istrinya, Fanni Aminadia (41) yang dibongkar oleh pihak kepolisian di Purworejo ternyata juga pernah dilakukan di wilayah Sleman.
Bahkan, ritual yang dilakukan Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat dan Kanjeng Ratu Dyah Gitaraja sempat dicurigai oleh warga dan pemerintah desa Sidoluhur.
Beberapa kali pemerintah desa sempat memanggil Totok karena mengadakan kegiatan yang mencurigakan.
Totok dan Fanni mengontrak rumah di Desa Sidoluhur sejak 2018, hingga akhirnya berita mereka yang mengaku sebagai raja dari Keraton Agung Sejagat viral.
"Kami sudah mencurigai dari awal tapi mereka selalu beralasan," ujar Kasi Pemerintahan Desa Sidoluhur, Adi Arya Pradana saat ditemui Rabu (15/1/2020).
Kecurigaan awal pada tahun 2018 saat Totok mengadakan sosialisasi akan mendirikan koperasi yang bergerak di bidang pertanian dan perikanan.
Kecurigaan didasarkan pada informasi yang didapat pemerintah desa di mana Totok dengan Jogja DEC.
Totok Santosa pernah menjadi pemimpin organisasi bernama Jogjakarta Development Economic Committee (Jogja dec) di tahun 2016.
• Keraton Agung Sejagat, Kerajaan Kaleng-kaleng yang Sesat Sejarah
• Gelar Ritual di Godean, Totok CS Berdalih Syuting Film Kolosal
Di sana mereka merekrut anggota dan menarik biaya Rp 50 ribu. Anggotanya dijanjikan gaji sebesar 100-200 dolar per bulan yang dananya bersumber di bank swiss.
Setelah Jogja DEC tenggelam, Totok mendirikan koperasi tersebut.
"Ternyata beberapa anggota Jogja DEC juga menjadi anggota dari koperasi itu. Kami mintai keterangan, mereka berikan arsip tapi setelah cek ternyata tidak resmi," ungkapnya.
Selain itu di tahun 2018, Totok juga sempat meminta izin ke pemerintah desa untuk menggelar sosialisasi Laskar Merah Putih.
Rencana itu pun ditolak oleh desa. Alasan desa menolak tetap sama, bahwa laskar itu masih berkaitan dengan Jogja DEC, sehingga kesan negatiflah yang tersampaikan dengan berdirinya laskar itu.
Menurutnya, Totok adalah orang yang koorperatif. Setiap dipanggil dan dimintai keterangan ia selalu datang dan memberikan jawaban.
"Sampai kami tanya, kenapa beralih dari koperasi ke laskar Merah Putih, mereka juga punya alasan sendiri. Alasannya mereka jadi pengurus sudah lama dan akan meneruskan ini. Kami tolak karena kami tidak mau ada markas di situ," ungkapnya.