Sulitnya Relawan Menembus Lokasi Bencana yang Terisolasi akibat Banjir di Lebak

Akibat bencana di awal tahun ini, sebanyak 2.162 rumah rusak, 24 jembatan yang putus di Lebak Banten. Pengungsi 1.392 KK atau sebanyak 5.106 orang.

Editor: iwanoganapriansyah
ANTARA/M Bagus Khoirunas
Sejumlah bangunan rusak akibat diterjang banjir bandang di Desa Sajira, Lebak, Banten. 

TRIBUNJOGJA.COM - Banjir dan longsor melanda 30 desa di 6 kecamatan di Kabupaten Lebak, Banten.

Menurut datan BNPB, sebagian besar lokasi bencana terdapat di sepanjang DAS Ciberang.

Akibat bencana di awal tahun ini, sebanyak 2.162 rumah mengalami rusak berat, sedang, dan ringan.

Selain itu, terdapat 24 jembatan yang putus. Sedangkan pengungsi tercatat 1.392 KK atau sebanyak 5.106 orang.

Banjir bandang dan longsor juga menutup akses jalan penghubung menuju Desa Lebak Situ, Kecamatan Lebak Gedong.

Putusnya akses jalan membuat warga yang berjumlah 3.739 jiwa dari 17 RT dan 4 RW di desa tersebut terisolir selama beberapa hari.

Menembus Lokasi Bencana

Kondisi itu mengetuk hati para relawan untuk bergerak dan menembus dalam memberikan bantuan kepada warga di desa tersebut.

Salah satunya Aksi Cepat Tanggap (ACT), komunitas mobil Land Rover Indonesia, dan sejumlah awak media.

Jalur Penghubung menuju Kampung Gunung Julang, Desa Lebak Situ, terputus akibat tanah longsor.
Jalur Penghubung menuju Kampung Gunung Julang, Desa Lebak Situ, terputus akibat tanah longsor. (Kompas.com/M Isa Bustomi)

Dengan membawa logistik berupa makanan, alat pembersih dan kebutuhan dapur, perjalanan dimulai dari posko yang berlokasi di Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (12/1/2020) pukul 12.30 WIB.

Namun, sekitar pukul 16.00 WIB, perjalanan 10 mobil Land Rover membawa logistik harus terhenti di atas jalan menanjak menuju Desa Lebak Situ, karena tanah longsor yang menutupi jalan.

"Daerah ini yang memang salah satu desa yang terisolir. Memang kita masuk-masuk ke daerah yang belum dibantu orang. Kita bantu mereka, " kata seorang relawan ACT, Akbar Cutong.

Kepala dan sebagian tubuh kami menyembul di jendela. Kami ingin melihat kondisi jalur yang akan dilalui untuk sampai ke pengungsian.

Hari semakin sore, teriknya matahari mulai menghilang. Kicauan burung dan bunyi jangkrik terus terdengar di balik pepohonan besar yang rimbun.

Lumpur setebal 2 sentimeter menyambut telapak kaki yang memijak. Belum lagi tanah longsor menutup jalan, hanya menyisakan sedikit pijakan di tepi jurang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved