Buntut Tewasnya Qassem Soleimani, Iran Siapkan 13 Skenario Balas Dendam pada AS
13 Skenario Balas Dendam Iran itu akan membuat bencana bagi Amerika Serikat di Timur Tengah.
TRIBUNJOGJA.COM - Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Ali Shamkhani menyatakan, iran sedang mempertimbangkan 13 Skenario Balas Dendam setelah Qassem Soleimani tewas.
Dia mengklaim, 13 Skenario Balas Dendam Iran itu akan membuat bencana bagi Amerika Serikat di Timur Tengah.
• Pemakaman Qassem Soleimani Dibatalkan, 35 Pelayat Meninggal akibat Berdesak-desakan
Ali Shamkhani menyatakan itu seperti diwartakan Al Jazeera Selasa (7/1/2020).
"AS harus tahu bahwa hingga saat ini, 13 Skenario Balas Dendam telah dibahas dalam pertemuan di dewan," ujar Shamkhani.
Dia mengklaim, plot paling kecil yang nantinya disetujui dewan dan dieksekusi Iran bakal mendatangkan bencana bagi AS.
• AS Luncurkan 1 Skuadron Bomber Strategis ke Pangkalan Diego Garcia Dekat Iran
• Kematian Qassem Soleimani Buat Iran Kembali Jalankan Program Nuklir
Pada Selasa, massa dalam jumlah besar berkumpul di Kerman, kota kelahiran Jenderal Qassem Soleimani, untuk mengikuti proses pemakamannya.
Komandan Garda Revolusi Hossein Salami dikutip AFP menyatakan, kepala Pasukan Quds itu dibunuh AS secara tidak adil.
Dalam prosesi itu, Salami menuturkan bahwa proses untuk "mengusir Washington dari kawasan Timur Tengah" telah dimulai.
"Prinsip kami tegas.
Kami akan memberi tahu musuh kami jika mereka menyerang lagi, kami akan menghancurkan apa yang mereka sayangi," ancamnya.

Murid-murid sekolah ikut dalam massa tersebut, dan meneriakkan yel-yel "Matilah Amerika" sepanjang proses pemakaman.
Salah satu pelayat menyatakan, Qassem Soleimani dicintai tak hanya di Iran.
Namun juga dunia, dan menjaga keamanan dunia Muslim, terutama Iran.
Pelayat bernama Sara Khaksar itu berujar, tewasnya jenderal 62 tahun itu telah "memanaskan darah orang-orang Iran".
"Beliau adalah pria hebat yang selalu siap membela baik saat perang atau pun tidak.
Jadi, kematiannya harus dibalaskan," ujar remaja 18 tahun itu.

Qassem Soleimani tewas bersama wakil pemimpin kelompok milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, Jumat pekan lalu (3/1/2020).
Soleimani dan Muhandis tewas ketika konvoi mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal, di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
AS melalui Pentagon mengakui, mereka bertanggungjawab dalam kematian Soleimani.
• Kali Pertama dalam Sejarah, Bendera Merah Simbol Kemarahan Berkibar di Kubah Masjid Qom Iran
• Saksi Mata Ungkap Detik-detik Roket Menghajar Mobil Jenderal Qassem Soleimani di Bandara Baghdad
Mereka berkilah, Soleimani dibunuh karena merencanakan menyerang warga AS.
Sementara Presiden Donald Trump menegaskan AS tidak akan pandang bulu dalam menyerang Teheran jika mendapat balasan.

Presiden 73 tahun itu merinci ada 52 target yang disasar, termasuk di antaranya adalah situs kebudayaan.
Ancaman Trump tersebut menuai kecaman baik dari oposisi Demokrat maupun UNESCO, yang menekankan situs kebudayaan tidak boleh diserang.
Imbas dari serangan yang menewaskan Soleimani, Parlemen Irak bersikap dan mengeluarkan resolusi agar pasukan AS dan sekutunya diusir. (*/kompas.com)