Jawa
Kampung 'Pemulung' di Sudut Kota Sejuta Bunga
Kelurahan juga berusaha agar warga di Kampung tersebut dapat mandiri dan alih profesi dari pekerjaan pemulung.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Pemandangan kontras nyata dan jelas terlihat di sudut Kota Sejuta Bunga, Kota Magelang.
Ternyata, masih ada satu kampung yang kumuh, terpencil dengan akses yang sulit dan terbatas.
Sebagian besar penduduknya belum sejahtera dan bekerja sebagai pemulung, membuat kampung ini dijuluki 'Kampung Pemulung'.
Awal mula 'Kampung Pemulung' ini ada, berawal dari penggusuran warga yang bermukim di lahan tanah bengkok di belakang Patwal Jalan Soekarno Hatta, Kota Magelang, pada tahun 2018.
Mereka digusur dan diberi waktu selama empat bulan untuk pindah.
Warga dengan terpaksa pindah ke tempat lain.
Sebagian lagi akhirnya membeli tanah, mendirikan rumah, dan tinggal di kampung pemulung ini secara bersama-sama.
• Belasan Komunitas Sepeda di Indonesia Ikut Gerakan LSR di Kota Magelang
Kampung Pemulung ini terletak di Kampung Kiringan RT02/RW02, Kelurahan Tidar Utara, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, tepat di bawah SPBU Soekarno Hatta, Kota Magelang.
Untuk menuju kampung, mesti melewati jalan setapak yang cukup sulit di belakang hotel di Jalan Soekarno Hatta yang belum selesai dibangun.
Jalan lain melalui areal persawahan yang tembus dari Kampung Kiringan.
Tampak dari atas, Kampung Pemulung ini terlihat kumuh, dengan bangunan rumah dari kayu atau bambu, atap seng, yang tidak tertata rapi.
Halamannya tandus. Ada sekitar 10 rumah yang berdiri di atas gundukan tanah di lembah, dikelilingi semak belukar dan pepohonan.
Pun aliran sungai atau Kali Dadali yang mengelilingi permukiman, dengan jembatan bambu yang melintang di atasnya.
"Sejak 2006, kami tinggal di belakang Pos Patwal di Jalan Soekarno Hatta. Sampai tahun 2018 kemarin, kami disuruh pindah dari situ. Setelah itu, pemerintah sudah memberikan solusi berupa rusun, tetapi kami warga pemulung tidak dapat tinggal di situ. Kami pun mencari tanah dan kebetulan mendapatkan tanah di daerah sini," tutur Suroso (45), salah seorang warga yang tinggal di 'Kampung Pemulung'.