10 Bencana Banjir Paling Mematikan yang Tercatat dalam Sejarah, Dampaknya Sungguh Mengerikan!
Daerah yang rawan banjir telah menyaksikan hilangnya nyawa yang tak terhitung jumlahnya dan kerusakan infrastruktur berulang kali.
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Bendungan Banqiao di Sungai Ru jebol gagal pada 8 Agustus 1975 karena Topan Nina.
Banjir awal langsung menewaskan lebih dari 86.000 orang. 145.000 orang lainnya terbunuh karena kelaparan dan penyakit.
Topan Nina membawa curah hujan lebih dari setahun hanya dalam 24 jam, yang tidak dapat diprediksi oleh para peramal cuaca.
Runtuhnya bendungan Banqiao menyebabkan kegagalan banyak bendungan kecil lainnya di dekatnya.
3. Banjir Sungai Kuning, Tiongkok (1938)
Banjir Sungai Kuning pada tahun 1938 menewaskan sekitar 800.000 orang di Cina.
Banjir itu secara artifisial diciptakan oleh Pemerintah Nasionalis Tiongkok selama perang Tiongkok-Jepang kedua.
Pasukan Jepang terus bergerak dan pemerintah Cina perlu menghentikan mereka. Jadi, mereka menghancurkan tanggul di Sungai Kuning, membiarkan air mengalir dengan bebas melalui berbagai provinsi.
Namun pasukan Jepang jauh dari jangkauan banjir.
Artinya hampir semua korban banjir adalah warga negara Cina.
Pemerintah Cina telah membantah keterlibatannya dalam banjir sampai Jepang menerima kekalahan pada tahun 1945.
2. Banjir Sungai Kuning, Tiongkok (1887)
Sementara banjir 1938 dengan sengaja dipicu oleh pemerintah Cina, Sungai Kuning telah menyaksikan banjir dengan proporsi yang bahkan lebih besar pada 28 September 1887.
Diperkirakan telah menewaskan antara 900.000 dan 2 juta orang.
Sekitar 2 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Lahan pertanian dan beberapa kota kecil hancur total. Tidak heran Sungai Kuning dijuluki "Kesedihan Tiongkok."
1. Banjir China, Tiongkok (1931)
Sejauh ini banjir di China pada tahun 1931, dikenal sebagai bencana banjir paling mematikan dalam sejarah manusia.
Kekeringan selama 2 tahun diikuti oleh badai salju lebat, bahkan hujan lebat dan aktivitas topan yang tinggi.
Pada Juli 1931, tiga sungai terbesar di Cina (Yangtze, Sungai Kuning, dan Huai) mengalir di atas batas maksimumnya.
Diperkirakan telah membunuh 1 juta hingga 4 juta orang, sebagian besar karena kelaparan dan penyakit.
Banjir menghancurkan tanaman dan air yang tercemar membawa penyakit menular seperti disentri dan tipus.
Setelah banjir 1931, pemerintah Cina menyadari pentingnya sistem manajemen bencana yang efektif.
Negara ini kemudian menetapkan Sistem Manajemen Bencana yang Efisien untuk menangani setiap bencana alam semacam itu. (*/value Walk)