Bahaya Melihat Gerhana Matahari Cincin Secara Langsung dan Cara Aman Mengamatinya
Bagi Anda yang ingin melihat fenomena itu, ketahui bahaya dan cara aman melihat gerhana matahari cincin.
Bahaya Melihat Gerhana Matahari Cincin Secara Langsung dan Cara Aman Mengamatinya
TRIBUNJOGJA.COM -Pada 26 Desember 2019 besok, Indonesia akan dilewati peristiwa alam gerhana matahari cincin.
Bagi Anda yang ingin melihat fenomena itu, ketahui bahaya dan cara aman melihat gerhana matahari cincin.

Penelitian di Inggris menyebutkan, 1 dari 15 pasien solar retinopathy, melihat gerhana matahari dengan kacamata pelindung yang direkomendasikan.
Hal tersebut dijelaskan dalam jurnal yang diterbitkan Eye pada 2002, yang membahas tentang penderita solar retinopathy usai gerhana matahari di Sussex Timur, Inggris yang terjadi pada 1999.
Solar retinopathy merupakan gejala gangguan penglihatan hingga kebutaan yang bersifat sementara atau bahkan permanen dan hingga saat ini tidak ada obatnya.
Lima belas orang yang melihat langsung ke arah matahari saat terjadi gerhana pada 11 Agustus 1999 tersebut, dengan atau tanpa alat pelindung, dinyatakan menderita solar retinopathy.
Bahkan satu di antara penderita solar retinopathy telah menggunakan pelindung yang direkomendasikan.
Seperti yang dijelaskan dalam jurnal tersebut, pelindung yang digunakan memiliki pelapis alumunium ganda, kepadatan lensa polyester level 5, mentransmisikan 0.001 persen cahaya, dan tidak ada transmisi sinar ultraviolet atau inframerah.
Bahaya melihat ke objek secara langsung ketika terjadi gerhana matahari, dijelaskan oleh dokter spesialis mata, Muhammad Bayu Sasongko, di Rumah Sakit Mata Dr YAP, Senin (7/3/2016) lalu.
Gangguan penglihatan yang terjadi karena paparan sinar matahari saat terjadi gerhana dinamakan solar retinopathy.
Terkait penelitian di Inggris, tentang warga yang sudah mengenakan pelindung mata yang direkomendasikan, namun tetap menderita solar retinopathy, dirinya memberikan penjelasan.
"Paparan sinar matahari yang kuat, membuat makula terbakar. Memang bukan kebutaan total, namun yang terjadi adalah gangguan penglihatan solar retinopathy," jelasnya.
Mereka yang melihat gerhana secara langsung, tanpa menggunakan pelindung, penglihatannya akan terhalang bintik hitam yang terpusat di tengah.
Sementara untuk mereka yang melihat langsung ke gerhana dengan mengenakan pelindung, mengalami solar retinopathy ringan.
"Memang kondisinya berangsur membaik, namun tidak bisa sembuh total dan tetap meninggalkan bekas. Efeknya, penderita melihat tulisan menjadi bengkok bahkan ada titik hitam transparan di tengah efek terbakarnya makula," urainya.
Apa itu gerhana matahari cincin?
Sebelum mengetahui kenapa gerhana matahari cincin dianggap berbahaya, mari simak dulu penjelasan soal apa itu gerhana matahari cincin.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, fenomena gerhana matahari cincin terjadi ketika bulan berada segaris dengan bumi dan matahari, serta bulan berada pada titik apogee atau terjauh.
Piringan bulan akan tampak lebih kecil daripada piringan matahari hingga tidak menutupi seluruhnya. Kemudian kerucut umbra tidak sampai ke permukaan bumi dan akan terbentuk kerucut tambahan yang disebut antumbra.
"Pengamat yang berada dalam wilayah antumbra akan melihat Matahari tampak seperti 'cincin' di langit. Inilah yang disebut gerhana matahari cincin (GMC)," tulis siaran pers LAPAN.
Bahaya melihat gerhana matahari Lalu, kenapa kita tidak boleh melihat gerhana matahari secara langsung? Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 2016 lalu, cahaya dari sinar matahari memiliki intensitas sangat tinggi dan bisa merusak retina di belakang bola mata. Kondisi ini dikenal dengan solar retinopathy . Jika itu terjadi, retina bisa rusak permanen.
Memang, matahari saat gerhana bisa lebih "nyaman" dilihat karena seolah meredup. Namun, justru di sinilah letak bahayanya. Pupil di lensa mata tak bisa bereaksi dengan tepat dalam kondisi level kontras yang tinggi. Ini terjadi saat gerhana matahari berlangsung. Langit sekitar berubah gelap.
Bagian pengatur cahaya yang masuk ke mata dengan cara mengatur lebar bukaan iris itu, bekerja dengan mengukur cahaya keseluruhan di lingkungan sekitar.
Alhasil, saat memandang gerhana yang diselimuti langit gelap, pupil mata justru melebar sehingga jumlah cahaya yang masuk dan terfokus di retina meningkat.
Padahal, intensitas cahaya di bagian matahari yang tidak tertutup bulan sewaktu gerhana (baik saat gerhana sebagian maupun cincin saat gerhana total) sama dengan waktu-waktu biasa.
Cahaya kuat dari matahari pun bebas melenggang masuk ke mata tanpa bisa dicegah, dan mulai merusak retina.
Proses ini berlangsung tanpa rasa sakit sehingga kerap membuat orang tak sadar matanya mulai rusak.
Menikmati gerhana matahari secara aman

Seperti dilansir dari situs Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bagi masyarakat yang akan melihat gerhana matahari cincin, disarankan tidak melihatnya dengan mata telanjang atau langsung, tapi memakai alat bantu.
Melihat langsung bisa menyebabkan sakit mata, mata berair, kepala pusing, hingga kebutaan.
Buat pengamat gerhana matahari cincin, bisa menggunakan kacamata khusus matahari untuk mengamati secara aman fenomena alam ini.
Seluruh proses gerhana, mulai dari gerhana Matahari sebagian hingga puncak cincin dapat diamati jika cuaca mendukung. Jika tidak, masyarakat bisa menggunakan teleskop untuk melihat keindahan gerhana matahari cincin.
Caranya dengan mengarahkan lensa obyektif teleskop ke matahari dan mengarahkan bayangan yang muncul dari lensa okulernya pada sebuah kertas.
Citra gerhana pada kertas itulah yang diamati, bukan melihat matahari melalui lensa okuler teleskop.
Gerhana matahari cincin di akhir tahun Pada 26 Desember 2019 nanti, GMC kemungkinan akan dinikmati dengan cuaca mendung.
Gerhana matahari cincin diprediksi akan dimulai pukul 12.15 WIB. Puncaknya pada pukul 12.17 WIB dan berakhir pada pukul 12.19 WIB.
Wilayah yang akan dilintasi gerhana matahari cincin yakni Sumatera Utara (Sibolga, Padang Sidempuna) dan Riau (Siak, Duri, Pulau Pedang, Pulau Bengkalis, Pulai Teibing Tinggi, Pulau rangsang).
Kemudian ada Kepulauan Riau (Batam dan Tanjung Pinang), Kalimnantan Barat (Singkawang), Kalimantan Utara (Makulit dan Tanjung selor), dan Kalimanatan Timur (Berau).
Tempat terbaik untuk mengamati fenomena gerhana matahari cincin ada di Kampung Bunsur, Kabupaten Siak. Di tempat lain juga bisa lihat, seperti di pulau Jawa ada sedikit. Namun bentuknya tidak akan bulat sempurna seperti cincin.
Lembaga Observasi Bosscha, Institut Teknologi Bandung, dan Pemerintah Kota Tanjung Pinang akan menggelar Festival gerhana matahari cincin pada 26 Desember 2019. Festival tersebut akan digelar di Laman Boenda (Aula Gonggong), Tanjung Pinang, mulai pukul 10.00–14.00 WIB.(Tribunjogja.com, Kompas.com)