Sultan HB X Minta Jalur Elevated Tol Yogya-Solo Harus Didesain Ulang Agar Tak Rusak Sumbu Imajiner
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta desain ulang jalan tol Yogya-Solo dari elevated menjadi atgrade
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Muhammad Fatoni
Tata ruang daerah ini memiliki keistimewaan berupa garis lurus imajiner filosofis terbentang dari Gunung Merapi, Kraton, hingga laut selatan.
Garis imajiner, Yogyakarta juga memiliki sumbu filosofis yakni Tugu, Keraton dan Panggung Krapyak, yang dihubungkan secara nyata berupa jalan.

Sumbu filosofis itu melambangkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam.
Seperti dikutip dari laman etd.repository.ugm.ac.id, Panggung Krapyak ke utara hingga Kraton melambangkan sejak bayi dari lahir, beranjak dewasa, berumah tangga hingga melahirkan anak.
Sedangkan dari Tugu ke Kraton melambangkan perjalanan manusia kembali ke Sang Pencipta.
• Trase Jalan Tol Yogya - Solo : Desa Selomartani, Kalasan Jadi Pintu Masuk Jalan Tol
• Jalan Tol Solo-Yogya-Bawen, Wilayah Sleman Ada 4 Exit Tol On/Off dan 2 Simpang Susun
Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak juga merupakan simbol Lingga dan Yoni yang melambangkan kesuburan.
Dari kesemuanya itu, Keraton Yogyakarta menjadi pusatnya. Keraton Yogyakarta dianggap suci karena diapit enam sungai secara simetris yaitu sungai Code, Gajah Wong, Opak Winongo, Bedhog dan sungai Progo.
Ada pula Gunung Merapi dan Pantai Selatan yang menjadi ujung garis imajiner, dengan Keraton berada tepat di tengah-tengah keduanya.

Sebelumnya, untuk jalur tol yang menghubungak Solo-Yogya-Bawen ada yang dibuat melayang atau elevated di atas ringroad utara.
Nantinya, jalan tol ini akan dibangun sepanjang 11 kilometer di atas ringroad.
Untuk jarak pintu exit dan entry ini akan dibuat setiap dua kilometer sesuai dengan aturan Pemerintah pusat.
Dukungan Dewan
Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana, juga mendukung perencanaan redesain jalan tol yang elevated menjadi atgrade di kawasan Monjali ini.
Huda menyebut sumbu imajiner memang tidak bisa ditabrak.
“Kami mendukung perencanaan untuk redesain jalur elevated menjadi atgrade di kawasan yang melewati sumbu imajiner,” kata Huda kepada Tribun Jogja, Kamis (19/12/2019).

Huda menambahkan, jika memang harus didesain ulang hal ini tidak menjadi sebuah masalah.
Hal ini karena saat ini pembangunan ini masih dalam tahap perencanaan pembangunan.
Pihaknya pun mendukung perencanaan ini bisa dilaksanakan dengan baik agar bisa optimal pembangunan tol ini.
“Harapannya juga bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat,” katanya. (*)