Fenomena Munculnya Ular Kobra di Berbagai Daerah : Ada Belasan Anak Kobra, Induknya Belum Ditemukan
Belasan hingga puluhan ekor anak ular kobra ditemukan di berbagai daerah pada awal musim hujan ini. Fenomena apakah ini?
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Ular yang ditangkap itu tidak dibunuh, namun untuk sementara dititipkan di rumah seorang petugas Damkar Jember.
Selain petugas Damkar, sebelumnya petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember juga melakukan pencarian ular di perumahan itu.
Petugas memberikan penyuluhan cara menangani ular yang masuk ke permukiman warga.
Dua pekan terakhir, warga Perumahan Tegalbesar Permai 1 Kelurahan Tegalbesar Kecamatan Kaliwates, Jember diresahkan kehadiran ular kobra.
Menurut warga, sekitar 30 ular kobra diketahui berkeliaran di tiga blok di perumahan tersebut.
Ular itu diketahui masuk rumah, di jalan, juga di selokan.
Beberapa ekor ular kobra itu dibunuh warga ketika warga memergokinya.
Penjelasan Dokter Hewan Terkait Fenomena Ular Kobra Masuk Pemukiman Warga
Dokter Spesialis Hewan Eksotik dan Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada (UGM) Dr drh Slamet Raharjo MP mengatakan fenomena ular kobra masuk pemukiman warga tersebut berulang setiap tahun karena pengaruh musim.
"Jadi sama sekali bukan serangan ular tapi lebih ke aktivitas normal ular," ujarnya kepada Tribunjogja.com, Jumat (6/12/2019).
Ia menjelaskan, ular merupakan hewan berdarah dingin yang tidak tahan panas.
Di wilayah Gunungkidul yang relatif panas dan kering, pada bulan April hingga Juni adalah musim kawin bagi ular.
Setelah kawin, ular akan mencari lubang atau goa yang sejuk dan dingin sampai bertelur pada sekitar bulan Juli hingga Agustus.
Setelah bertelur, induk akan bersembunyi dan tidur panjang di tempat-tempat yang gelap, dingin dan lembab untuk menghindari musim panas atau dalam istilah ilmiahnya yakni "estivasi" dari lawan kata "hibernasi".
Sehingga pada bulan-bulan tersebut ular menghilang atau sangat jarang terlihat.
Masa inkubasi atau pengeraman telur dan masa estivasi sekitar tiga bulan.
Memasuki bulan November, udara lebih sejuk karena mulai hujan dan telur-telur tersebut mulai menetas.
Begitu telur-telur menetas dan masa estivasi berakhir, ular-ular dewasa kembali aktif berkeliaran dan anak-anak ular yang baru menetas akan keluar dari sarangnya untuk beraktivitas dan mencari makan sehingga sebagian masuk ke wilayah pemukiman penduduk.
"Jadi fenomena ini berulang setiap tahun karena pengaruh musim. Ketika ular dan anak ular ini masuk pemukiman itu lebih karena mencari mangsa tikus, katak, cicak.
Di wilayah pemukiman biasanya jalur masuk melalui saluran air yang juga menjadi jalur tikus. Jadi bukan karena mendekati manusianya," kata dia.
Ia mengatakan, selama tidak diprovokasi atau diganggu, ular kobra tersebut tidak menimbulkan masalah.
"Masalahnya justru manusianya yang over protektif atau bahkan phobia sehingga menganggap semua ular yang dijumpai pasti berbahaya," jelasnya.
Lanjutnya, venom atau racun ular hanya berefek apabila masuk jaringan otot, darah, limfe terutama melalui gigitan.
Rute lain yakni melalui semburan yang mengenai kulit yang terluka atau membran mukosa seperti mata dan gusi.
Namun kasus tersebut sangat jarang dan efek venom sangat minimal.
"Intinya, selama ular tidak diganggu, ular tidak akan menggigit. Selama ular tidak menggigit tidak ada bahaya bagi manusia," ungkapnya. (*)