Pendidikan
Pelajar Antusias Berpartisipasi dalam Festival Dolanan Tradisional SMA Bopkri 2 Yogyakarta
Lewat festival ini, penyelenggara ingin menjaga permainan tradisional tersebut agar tidak punah dan nilai-nilai luhur di dalamnya.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Pihak sekolah memberangkatkan siswa dalam kegiatan ini demi memberi kegiatan positif di luar kelas.
• Pekan Olahraga Tradisional 2019 Bergulir di Bantul
Terlebih, siswa-siswa tersebut juga biasa dilatih Lejar bermain permainan tradisional di “sanggar alam” sederhana yang ia kelola bernama Megatsari di Dusun Mangir, Sendangsari, Pajangan, Bantul.
“Di sanggar yang sederhana ini saya dan anak-anak biasa bermain permainan tradisional. Juga olah pangan dengan bahan dasar umbi. Pokoknya ajak anak-anak ini dekat dengan alam dan memberi ruang untuk mereka dekat dengan dunia tradisi. Kegiatan di SMA Bopkri 2 ini jadi kesempatan siswa untuk menguji kemampuan mereka,” kata Lejar.
Kepala SMA Bopkri 2 Yogyakarta, Sri Sulastri menjelaskan, Festival Dolanan Tradisional digelar atas inisiatif pihak sekolah dan didukung oleh sejumlah lembaga pemerintahan diantaranya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY termasuk juga Dinas Kebudayaan DIY.
Dasar kegiatan, adalah kekhawatiran pihak sekolah atas pergeseran budaya yang begitu pesat.
• SMA BOPKRI 2 Akan Gelar Festival Dolanan Tradisional
“Di era serba digital ini kebudayaan mengalami transformasi yang cepat. Permainan tradisional kini semakin digeser oleh gadget. Jika kita tidak segera sadar diri untuk menjaganya maka bisa hilang perlahan. Atau justru diklaim negara lain yang serumpun. Padahal permainan tradisional ini menjadi warisan nenek moyang yang sangat berharga,” kata Sri Sulastri.
Lewat festival ini, Sri ingin menjaga permainan tradisional tersebut agar tidak punah dan nilai-nilai luhur di dalamnya seperti gotong royong, sosial, kompetitif, fairplay dan sportivitas bisa dirasakan oleh para peserta yang didominasi oleh pelajar SD-SMP-SMA.
Sekaligus, memberi ruang siswa untuk belajar dan beraktifitas yang positif di luar sekolah.
“Kami senang karena antusias peserta sangat tinggi. Bahkan kita harus membatasi jumlah pendaftar karena keterbatasan tempat. Kami berencana untuk mengadakan kegiatan serupa secara rutin tiap tahun demi memberikan ruang untuk generasi muda ini menjaga warisan budaya dan mendapat nilai-nilai luhur dalam permainan tradisional,” kata Sri. (TRIBUNJOGJA.COM)