Profil Maria Butina, Mata-mata Rusia yang Baru Dibebaskan dari Penjara AS
Maria Butina dipenjara selama 9 bulan di Tallahassee, Florida sejak Juli 2018. Ia dipenjara atas tuduhan melakukan kegiatan mata-mata bagi Rusia
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Maria Butina, perempuan yang dituduh sebagai mata-mata Rusia akhirnya dibebaskan pada Jumat (25/10/2019). Sehari setelah bebas dari penjara AS, Maria Butina dipulangkan ke Rusia.
Adapun Butina dipenjara selama sembilan bulan di Tallahassee, Florida sejak Juli 2018. Ia dipenjara atas tuduhan melakukan kegiatan mata-mata bagi Rusia.
Pada Desember, Butina menyepakati bakal mengaku bersalah atas tuduhan dia merupakan agen rahasia ilegal.

Saat ditangkap, Butina disebutkan menggunakan kedekatannya dengan Badan Senjata Nasional AS (NRA) untuk mendekati petinggi Partai Republik.
Ia berupaya untuk mempengaruhi pengambilan kebijakan dengan melakukan pendekatan terhadap NRA.
Upaya itu dilaporkan membuat Butina bisa bertemu dengan Prsiden Donald Trump sebelum Pilpres AS 2016, dan salah satu anaknya.
Butina merupakan satu-satunya warga Rusia yang ditangkap dan dipenjara berkenaan dengan penyelidikan dugaan intervensi Kremlin dalam Pilpres AS.
Moskwa saat itu menanggapi dengan menyatakan kasus Butina sarat akan muatan politis.
Pengadilan AS pun menjatuhkan hukuman penjara selama 18 bulan, dengan setengahnya sudah dia jalani sebelum dilepaskan Jumat (25/10/2019).
"Saya sangat senang kembali pulang. Saya bersyukur kepada semua orang yang mendukung saya, bagi rakyat Rusia yang membantu dan menuliskan surat kepada saya," ujar Butina.
Dia mengatakan, dia mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Luar Negeri Rusia dan para diplomat yang sudah membantu membebaskannya.
Saat mengucapkannya, Butina memeluk sejumlah buket bunga dengan ayah dan juru bicara kemenlu, Maria Zakharova, yang mengawalnya di gerbang kedatangan.
Siapakah Maria Butina sebenarnya?
Maria Butina terlahir pada 10 November 1988 dengan nama Mariia Valeryevna Butina.
Sejak kecil ia sudah dikenal sebagai penggemar. Ia kemudian terlibat dalam politik dan mempromosikan hak-hak senjata - termasuk mendirikan kelompok lobi Rusia yang disebut Right to Bear Arms.
Awal tahun 2011, ia bekerja sebagai asisten untuk Aleksandr Torshin, mantan anggota Dewan Federasi, anggota Partai Rusia Bersatu, dan Wakil Gubernur Bank Sentral Rusia.