Yogyakarta
Petualangan Yosep, Traveller Asal Jogja Menyusuri Jalanan Tertinggi di Dunia dengan Sepeda Motor
Perjalanan dari Chang La menuju destinasi selanjutnya di Tso Moriri atau Danau Moriri lalu menuju ke Lembah Hanle yang terletak di punggung Himalaya R
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Masih ingat dengan M Basuki Rochmad atau akrab disapa Yosep Mentari?
Ia adalah seorang traveller asal Yogyakarta yang pada tahun 2015 lalu menghabiskan 33 hari menjelajahi Pakistan.
Aksinya menjelajahi negara penuh konflik kala itu sempat dianggap “sinting” oleh rekan-rekannya.
Pertengahan September lalu, Yosep kembali melakukan perjalanan serupa yang kali ini dianggap “gila” oleh teman-temannya.
Tepatnya tanggal 6 - 21 September lalu, Yosep melakukan perjalanan ke salah satu tempat tertinggi di muka bumi yang masih bisa ditinggali manusia bernama Ladakh.
Saking tingginya, daerah ini disebut sebagai lokasi pertemuan langit dan bumi.
Tempat ini berada di bagian timur pemerintahan Jammu dan Kashmir, India.
• Ramalan Zodiak 2019: 5 Zodiak yang Asik Diajak Traveling
Kali ini tak sendiri, Yosep berpetualang bersama salah satu orang paling terkasih yaitu sang istri, Sumaryatun.
Perjalanan berkeliling Ladakh ini dilakukan menggunakan sepeda motor Royal Enfield Bullet 500cc yang ia sewa di Leh, sebuah kota kecil yang berdiri dengan indahnya di celah Pegunungan Himalaya.
Sebelum memulai perjalanannya, di Kota Leh inilah Yosep lebih dulu melakukan aklimatisasi (penyesuaian kondisi tubuh terhadap perbedaan ketinggian) karena daerah ini berada sekitar 3500 meter dari permukaan laut.
Di ketinggian ini, Yosep dan istri harus membiasakan diri berada di tempat yang minim oksigen.
“Hari pertama aklimatisasi berjalan baik. Hari kedua dia mengeluh pusing. Hari ketiga masuk rumah sakit karena penyakit ketinggian yang lazim terjadi karena oksigen tipis. Setelah dirawat, istri saya kembali sehat,” kata Yosep ditemui di kediamannya di daerah Banyuraden, Gamping, Sleman, Jumat (11/10/2019).
Setelah memastikan kondisi istri benar-benar pulih dan membawa bekal logistik Yosep benar-benar memulai perjalanan.
Juga pengisian penuh bakar bakar di motor termasuk cadangan bahan bakar.
Pasalnya, sepanjang perjalanan sejauh lebih dari 1500 kilometer hanya ada tiga tempat pengisian bahan bakar selain di Kota Leh.
Perjalanan dimulai dari Kota Leh menuju Hunder melewati Khardung La, jalan tertinggi selain Chang La dan Tangla La.
Lalu sampai Turtuk, sebuah desa yang dikenal sulit dicapai. Dusun kecil itu terletak di ujung Lembah Nubra Ladakh, jauh di India utara, dikepung oleh Sungai Shyok dan puncak-puncak tinggi pegunungan Karakoram.
Perjalanan berlanjut ke Danau Pangong Tso, sebuah danau indah yang disebut-sebut sebagai salah satu danau tertinggi di dunia karena berada di posisi 4350 meter dari permukaan laut.
Danau ini membentang sepanjang 134 kilometer dengan lebar 5 km dan berada di perbatasan India dan China (Tibet).
Menginap di sebuah tenda di pinggir Danau Pangong Tso ini dengan ketinggian 4350 meter dari atas permukaan laut ini, Yosep merasakan bagaimana sulitnya bernafas karena kadar oksigen yang tipis sewaktu malam hari.
Begitu pula sang istri, yang saat malam tiba, mengeluh tidak bisa bernafas.
• Sejarah Konflik Pakistan-India: Saat Dua Negara Tetangga Berebut Wilayah Kashmir
“Waktu menginap di tenda itu saya berusaha rileks agar keadaan tidak semakin parah dengan ketersediaan oksigen yang tipis. Istri saya minta menghirup oksigen dari kaleng oksigen yang sudah dipersiapkan. Alhamdulillah kami baik-baik saja dan bisa melewati malam di Danau Pangong Tso,” kata Yosep.
Perjalanan dari Danau Pangong Tso dilanjutkan ke Chang La dengan ketinggian 5360 meter di atas permukaan laut.
Tempat ini disebut-sebut sebagai tempat kedua tertinggi di dunia yang bisa dilalui menggunakan sepeda motor.
Lagi-lagi, dengan kondisi oksigen yang tipis, Yosep dan istri harus bisa menyesuaikan diri.
Perjalanan menuju Chang La ini benar-benar menguji kemampuan Yosep mengendarai motor karena kontur jalan yang rusak.
Konsentrasi tingkat tinggi wajib diperlukan saat melintas karena jalan bersisian langsung dengan jurang yang dalam.
Apalagi, posisi Yosep berdua ditambah beban bekal di sisi kanan-kiri motor.
“Akhirnya sadar mengapa saya dikatakan gila. Karena hanya pergi berdua itupun memakai satu motor dan bersama istri. Banyak yang bilang, minimal dua motor untuk jaga-jaga ketika ada kendala di jalan. Resiko mengendarai motor di tempat ini tinggi. Kata penduduk setempat, selalu ada kecelakaan tiap tahun,” kata Yosep.
• Pemerintah India Akan Kirimkan Guru Yoga ke DIY
Yosep bersyukur, masa persiapan fisik yang ia lakukan beberapa bulan sebelum menempuh perjalanannya ini berbuah manis.
Selain itu, ia telah menyiapkan pakaian yang hangat karena suhu di lokasi ini begitu dingin.
Akan semakin terasa dingin, ketika sedang melakukan perjalanan di atas motor.
Perjalanan dari Chang La menuju destinasi selanjutnya di Tso Moriri atau Danau Moriri lalu menuju ke Lembah Hanle yang terletak di punggung Himalaya Range India Utara nyaris tanpa kendala.
Lembah Hanle ini merupakan tempat tinggal sementara para penggembala nomaden Changpa.
Jenis makanan di Ladakh ini yang jadi kendala bagi Yosep dan istri.
Kari, menjadi olahan makanan dominan di sana.
Sangat sedikit olahan masakan asia tenggara di Ladakh. Jangankan varian masakan Asia, restoran sangat jarang ditemui di sepanjang perjalanan menempuh ribuan kilometer.
“Dasarnya lidah yang terbiasa makan nasi pecel atau gudeg, di sana banyak diolah kari. Di sana daging mahal dan susah. Jadi lama-lama bosan makan kari. Mulai hari ketiga saya dan istri lebih sering masak roti dan omlet atau roti mentega. Lalu minum madu bekal dari rumah untuk menjaga kondisi,” kata Yosep.(TRIBUNJOGJA.COM)