Bisnis
Kompor Listrik Astoetik Mudahkan Perajin dalam Membuat Batik
Sebelumnya, pembatik direpotkan dengan mencari minyak tanah serta banyak keluar asap saat proses membatik.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Gaya Lufityanti
Versi kompornya pun juga bermacam-macam.
"Versinya ada banyak, cuma bedanya hanya di dayanya saja. Ada yang 200 watt, ada yang 150 watt. Pemanasannya lama yang watt nya kecil," kata Adi saat ditemui Tribunjogja.com di Workshop Astoetik, di Jeblog RT 2, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
Hasil pemanasan kompor listrik kata Adi, tidak jauh berbeda dari kompor tradisional.
Bahkan kompor listrik ini lebih hemat dan memiliki banyak kelebihan.
"Kalau kompor tradisional kan pakai minyak tanah. Sangat repot, harus cari minyak, banyak keluar asap, di kain dia bisa terbakar api sampai ke mana-mana, dan banyak asap," jelasnya.
Kompor listrik ini cenderung stabil karena bisa diatur suhunya.
• PLN adakan Lomba Memasak Asyik Dengan Kompor Induksi
Penggunaannya sama seperti menggunakan alat elektronik lainnya, cukup menancapkan kabel ke terminal listrik, kompor sudah bisa digunakan.
Karena mudah digunakan, permintaan kompor listrik ini juga banyak datang dari sekolah-sekolah.
Tak jarang Astoetik mendapat pesanan ratusan kompor listrik.
Dalam sebulan, produksi kompor listrik bisa mencapai 400 buah.
Namun untuk penjualannya, Adi mengaku tidak menentu karena tergantung permintaan.
"Penjualan kadang jomplang, bisa bulan ini 30, tapi bulan kemarin 600 kompor," ungkapnya.
Satu unit kompor listrik lengkap dengan wajannya dipatok harga sekitar Rp300.000.
• Tak Lagi Ribet, Ini 4 Langkah Mudah Bersihkan Kompor
Sedangkan untuk canting listrik 3 in 1 dipasang harga Rp275.000.
Baru-baru ini Astoetik juga meluncurkan produk canting portable.