Family
Stop Labeling Pada Anak
Stop Labeling Pada Anak Karena Bisa Mempengaruhi Kepercayaan Diri Pada Sang Anak
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Hari Susmayanti
"Sama sama memanggil anak lebih baik jika sekalian memberi pujian. Kenapa ada yang masih memanggil anaknya dengan ciri fisik, menurutku kurang baik, bisa jadi labeling anak itu kebawa ke luar rumah dan si anak jadi malu atau tidak pede," kata Anggraeni.
Bantu Anak Kenali Kelebihannya
Lucia Peppy Novianti, M. Psi., Psikolog, psikolog yang aktif di dunia parenting dan founder Wiloka Workshop ini menuturkan, misalnya ada orang tua lalu yang mengetahui atau mendengar anaknya mendapat label tertentu, termasuk yang negatif, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mendengarkan pendapat anak tentang hal tersebut.
Menurut Peppy, bisa saja anak tidak mempersepsi labeling tersebut sebagai ejekan atau bullying. Jadi intinya pahami dulu hal tersebut dari kacamata anak.
Bila kemudian anak memang mempersepsi bahwa sebutan tersebut memang menyakitkan baginya maka ajak anak untuk mengurai emosi apa yang dirasakan anak, apa sebabnya, apa yang dirasakan dan apakah ada dampak yang dirasakan tidak enak tersebut terhadap dirinya atau tubuhnya.
"Ada beberapa anak yang ternyata memiliki emosi negatif terhadap si pemberi label daripada label negatif yang diberikan. Maka perlu dipastikan terlebih dahulu. Labeling ini dapat berpengaruh terhadap beberapa hal, terutama terkait kepercayaan diri, persepsi diri, definisi diri maupun bagaimana motivasi untuk mengembangkan diri," terang Peppy.
• 6 Destinasi Wisata Yogyakarta Tawarkan Keunikan Arsitektur, Ada yang Sempat Trending di Instagram
Namun demikian, menurut Peppy, orang tua tidak perlu menjadi panik atau ketakutan berlebihan ketika anaknya mendapat label dari lingkungan atau temannya.
Setelah memberikan respon awal berupa mendengarkan dan memahami dari kacamata anak, lalu lanjutkan dengan berfokus membangun identitas anak berdasarkan hal positif yang ada pada diri anak.
Bantu anak untuk dapat mengenali bagaimana sisi positif dirinya tersebut dapat bermanfaat terhadap kehidupannya.
Misalnya anak memiliki minus mata tebal sehingga tidak bisa bebas bermain bola bersama temannya, lalu diejek sebagai mata kaleng.
"Nah orang tua dapat mengajak anak mengenali apa kelebihannya, misal ternyata anak memiliki kelebihan dalam matematika atau bahasa inggris, ajak anak untuk mengidentifikasi hal apa yang menarik dan asik yang dapat dia lakukan dengan matematika atau bahasa inggris ini sehingga ia bisa bangga dan menunjukkan kepada teman temannya," imbuh Peppy. (Tribunjogja I Yudha Kristiawan)