Jawa
Kincir Air, Kearifan Lokal Warga Magelang, Aliri Lahan Pertanian Saat Kemarau
Saat musim kemarau tiba, air yang menyusut dapat dialirkan dengan kincir air, ke kolam perikanan, dan lahan pertanian warga.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Ada kearifan lokal yang dimiliki oleh warga Dusun Gedongan, Desa Bondowoso, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang yang cukup unik.
Mereka membuat kincir air kecil yang memanfaatkan tenaga dari alam untuk mengangkat air di aliran sungai yang menyusut saat musim kemarau.
Tanpa biaya, tanpa mesin,, bahan bakar ataupun polusi, mereka mengairi sawah dan lahan pertanian dan perikanan mereka menggunakan kincir air.
• Bupati Pamerkan Slip Gaji di Instagram, Ini Tanggapan Netizen
• Tunjukkan Hasil Signifikan, DP3 Sleman Alokasikan 8 Kincir Air di 2019
Setiap kemarau tiba, debit Sungai Gending yang membelah wilayah Mertoyudan memang mengalami penurunan.
Para petani setempat punjadi kesulitan mengairi lahan pertanian dan perikanan mereka.
Semula air bisa mengairi dengan dibuatkan saluran irigasi di sekitar ladang, tetapi pada musim kering ini, air tidak dapat naik karena volumenya menyusut.
Akhirnya para warga di sana pun ramai-ramai membuat kincir air.
Kincir air yang dibuat sangat sederhana.
Mereka menggunakan bambu dan bahan-bahan dari alam.
Kincir yang dibikin berdiameter mulai 1,5 meter sampai dengan empat meter.
Mereka tinggal mengumpulkan bahan-bahan yang sudah tersedia di alam, merakit kincir air dan menjalankannya di aliran sungai.
Untuk membuat satu kincir dibutuhkan bambu jawa sebanyak 10 batang.
Sementara untuk paralon atau pipa penghubung air membutuhkan 15 batang.
Pipa penghubung itu juga dibikin dari bambu yang dilubangi di bagian tengahnya.