Penyakit Tidak Menular Sedot Dana BPJS Terbesar, Obesitas Perlu Ditekan
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi satu diantara penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi satu diantara penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Bahkan PTM juga menjadi salah satu penyedot dana BPJS Kesehatan yang terbesar.
Dari laporan BPJS Kesehatan, disebutkan bahwa tiga penyakit PTM menyedot dana sampai Rp 16 Triliun per tahun pada 2018 lalu.
Diantaranya, Rp 10,5 Triliun untuk penyakit jantung, Rp 3,4 Triliun untuk penyakit kanker dan Rp 2,5 Triliun untuk stroke. Ketiganya menyedot hampir 30 persen total dana BPJS Kesehatan.
Prof Dr H Hamam Hadi MS ScD SpGK, Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta mengatakan obesitas merupakan salah satu penyebab munculnya PTM.
• Anak Obesitas Berisiko Derita Penyakit Tidak Menular Lebih Tinggi
Pola makan dan gaya hidup menjadi penyebabnya. Tak hanya orang dewasa tapi juga mengancam anak usia sekolah.
Dikatakan Hamam, obesitas ini salah satu penyebabnya adalah gaya hidup sedentari yang dominan. Diperparah dengan pola makan yang tak sehat.
Disamping itu, berdasarkan hasil survey nasional Riskesdas pada 2013 tercatat bahwa anak Indonesia usia sekolah mempunyai rata-rata waktu sedentari lima jam per hari.
"Para peneliti di Universitas Alma Ata Yogyakarta juga menemukan bahwa anak-anak yang setiap harinya menghabiskan waktu lebih dari lima jam untuk kehidupan sedentari memiliki resiko 6 kali lebih besar untuk menjadi obesitas dibandingkan dengan anak-anak yang sedentari nya kurang dari lima jam per hari," jelasnya.
Lebih lanjut Hamam menjelaskan, anak-anak yang konsumsi buah dan sayurnya kurang dari tiga porsi per hari beresiko dua kali lebih besar mengalami obesitas dibanding yang konsumsi buah dan sayurnya lebih dari tiga kali sehari.
Sebaliknya, anak-anak yang mengonsumsi junk food lebih banyak beresiko dua kali lebih besar untuk mengalami obesitas.
Untuk menekan angka PTM dan obesitas, kata Hamam, diperlukan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat.
Diantaranya meningkatkan aktivitas fisik, membangun budaya masyarakat yang lebih aktif fisiknya, meningkatkan konsumsi buah dan sayur dan menekan angka konsumsi junk food, makanan tinggi lemak, tinggi garam dan tinggi gula.
"Pemerintah punya peran membuat regulasi yang tepat untuk mendorong masyarakat punya gaya hidup dan pola makan yang sehat. Masyarakat harus dibiasakan minimal jalan kaki 7000 langkah atau sekitar 4,5 km caranya dengan membangun kota dan lingkungan yang lebih bersahabat dan ramah aktivitas fisik," tandasnya.
Sementara itu, menjawab permasalahan obesitas pada anak dan penyakit lain yang menyedot anggaran BPJS Kesehatan terbesar, Universitas Alma Ata Yogyakarta berencana menggelar seminar kesehatan bertajuk 'Overcoming global health issue by capacity building of health provider' yang diselenggarakan oleh Asia Pacific Partnership on Health and Nutritional Improvement (APHNI).
Seminar ini rencananya akan mengundang invited speaker Hamam Hadi dari Universitas Alma Ata Yogyakarta, Joel Gittlesohn dari John Hopkins University, Megan Fang Liu dari Taipei Medical University, Didik Budijanto dari Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, Kamolrat Turner dari Boromarajonani College of Nursing Chon Buri Thailand dan Pharmachist From PSU Thailand dengan Keynote Speaker yakni Nila F Moeloek Menteri Kesehatan RI.
Acara akan dilangsungkan pada Kamis, 3 Oktober 2019 mendatang di Grand Dafam Rohan Banguntapan Bantul.
(wsn/ Tribunjogja.com)