Yogyakarta
Begini Kelakuan 7 Tersangka Pelaku Pengeroyokan Siswa SMK di Yogyakarta, Dipicu Masalah Antar Geng
Tujuh tersangka sudah menjalani proses rekonstruksi tempat kejadian perkara kawasan Jalan Parangtritis, Yogyakarta
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Iwan Al Khasni
Laporan Reporter Tribunjogja.com | Christi Mahatma Wardhani
Tribunjogja.com | Yogyakarta - Kasus penganiayaan disertai penusukan hingga menyebabkan EG siswa SMK meninggal memasuki babak baru. 7 tersangka sudah menjalani proses rekonstruksi tempat kejadian perkara kawasan Jalan Parangtritis, Yogyakarta, Minggu (29/9/2019).
Para pelaku melakukan 18 adegan dalam rekonstruksi kejadian yang dikawal langsung oleh Sat Reskrim Polresta Yogyakarta.
Pada rekonstruksi tersebut, Sat Reskrim Polresta Yogyakarta menghadirkan 7 pelaku pembunuhan yang resmi menjadi tersangka.
Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta, Kompol Sutikno mengatakan 18 adegan yang diperankan oleh para tersangka sudah fix. Hal itu karena sebelumnya sudah dilakukan pra rekonstruksi.
"Tidak ada adegan tambahan. Sebelumnya sudah ada pra rekonstruksi, sehingga saat ini sudah fix. Ada 18 adegan mulai dari awal hingga akhir,"katanya usai rekonstruksi.
"Adegan yang diperankan oleh pelaku juga sudah sesuai dengan berita acara pemeriksaan masing-masing anak yang berhadapan hukum dan keterangan saksi masing-masing,"sambungnya.
Saat ini pihaknya masih menetapkan tujuh tersangka. Menurutnya,ia masih perlu melakukan penyelidikan dan penyidikan lebih dalam.
"Sementara kami tetapkan tujuh tersangka dulu. Untuk kemungkinan tersangka lain masih kita lidik dan sidik, apakah sudah cukup tujuh ini atau perlu ditambah. Tetapi kami fokuskan untuk tujuh ini dulu,"lanjutnya.
• Ditinggal Suami Nongkrong di Warung Kopi, Istri Dihabisi PIL Seusai Berhubungan Intim
Terkait motif, ia menambahkan tidak ada sesuatu yang prinsip, Sebab konflik terjadi karena permusuhan antar geng pelajar.

Kesaksian Keluarga
Diberitakan sebelumnya, EG meninggal yang meninggal karena mengalami pengeroyokan kemudian ditusuk di makam Nitikan Umbulharjo, Yogyakarta.
Tak beberapa lama setelah dimakamkan, sebagian keluarga korban menyempatkan waktu mendatangi lokasi pengeroyokan dilakukan.
Tribunjogja.com mendapati ada 5 anggota keluarga yang datang, salah satunya tante dari korban yang bernama Rumini Hastuti.
Rumini menceritakan, sebenarnya dia yang pertama kali melakukan laporan ke Polsek Mergangsan tentang penganiayaan yang dialami keponakannya.
"Saya dapat kabar dan langsung ke Rumah Sakit, sesampainya disana ternyata keponakan Saya sudah meninggal dan saya langsung laporan," ujarnya.
Rumini menambahkan, bahwa Luka yang diderita keponakannya itu berada di bagian dada kiri.
Luka tersebut panjangnya sekitar 7 centimeter.
• 5 Kasus Obesitas di Indonesia yang Sempat Menyedot Perhatian, Satia Putra Hingga Titi Wati
"Sebenarnya kan dia (korban) meninggal saat perjalanan ke Rumah Sakit. Saat dijahit di Rumah Sakit, lukanya terlihat segini (sambil menunjukkan jarinya). Kata dokter yang menangani, senjata tajam yang digunakan sampai melukai paru-parunya," jelasnya.
Rumini juga menyayangkan sikap dari warga yang tidak segera menolong korban, padahal korban dalam kondisi kritis.
Kemarin awalnya banyak yang ambil foto dan video, bukan langsung di tolong.
Padahal sebenarnya korban masih duduk dan bisa menjawab saat ditanyai kenal apa tidak dengan pelaku, dan dijawab tidak kenal.
"Teman keponakan saya yang bisa melarikan diri pun ketakutan kemarin, malah jadi bingung mau berbuat apa,"
"Kan ketemu saat di Rumah Sakit. Mungkin jika kemarin langsung dilarikan ke Rumah Sakit, keponakan saya bisa tertolong," jelasnya.
Seluruh anggota keluarga yang datang ke lokasi kejadian pengeroyokan ini menyampaikan bahwa seluruh pelaku harus di tangkap dan diberikan hukuman yang sesuai.

Pelaku Ditangkap
Butuh waktu 12 jam pascapenganiayaan, jajaran Polresta Yogyakarta sudah berhasil membekuk tiga tersangka.
Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Armaini, menuturkan para tersangka memiliki peran masing-masing dan semuanya akan ditangkap.
"Sebenarnya ada 9 pelaku, mereka punya peran seperti memepet, memukul, mengambil kunci dan salah satu diantaranya melakukan penikaman dengan senjata tajam," tuturnya.
Tambahnya, 3 pelaku sudah berhasil diamankan, inisialnya NMA, PSP dan LK.
"Semuanya termasuk yang masih dalam pengejaran masih anak-anak, ada yang 17 tahun ada yang 18 tahun. Intinya kelas 10, 11 dan 12 ada semua," ujarnya.
"Tapi dari sembilan pelaku ini, sesuai data yang ada, mereka berasal dari berbagai sekolah di Yogyakarta. Kemungkinan tergabung dalam sebuah gank," imbuhnya.
Kasatreskrim Polresta Yogyakarta, Kompol Sutikno mengatakan pelaku yang menggunakan senjata tajam juga berhasil diringkus bersamaan saat konferensi pers berlangsung.
"Ini pelaku utamanya berinisial DK, yang kemarin jadi pelaku penikaman," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, korban meninggal setelah dikeroyok seusai menonton acara futsal, Minggu (22/9/2019).
Kejadian bermula saat EG dan temannya melihat pertandingan futsal karena sekolahnya ikut bertanding.
Setelah menyaksikan pertandingan, EG dan temannya pergi ke arah utara dan merasa diikuti.
Benar saja, ada rombongan menggunakan lima motor memepet dan langsung merampas kunci motor EG.
"Jadi korban merasa diikuti, tak berselang lama ada rombongan mepet dan merampas kunci motornya."
"Temannya berhasil kabur, yang tidak berhasil kabur ya dianiaaya,"katanya saat jumpa pers di Mapolresta Yogyakarta, Senin (23/9/2019).
"Korban dipukul, ditendang, yang terakahir korban di tusuk badan bagian kiri. Pelaku mulai berhenti memukul setelah korban tidak berdaya. Korban EG kemudian meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit. Dugaan karena kehilangan banyak darah," sambungnya.
Disdikpora DIY Minta Penyelenggara Hentikan Pertandingan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY prihatin atas terjadinya pengeroyokan yang mengakibatkan seorang pelajar SMK di DIY meninggal dunia.
"Kami prihatin masih terjadi kekerasan pelajar di DIY,"kata Kepala Disdikpora DIY, Kadarmanta Baskoro Aji, saat ditemui Tribun Jogja di ruangannya, Senin (23/9/2019).
"Kami tidak tahu juga kalau ternyata ada event seperti ini yang melibatkan sekolah. Sebenarnya event olahraga itu baik, tetapi dari pengalaman yang sudah-sudah, event yang tidak terkoordinasi dengan baik, selalu ada kekerasan,"sambungnya.
Berkaitan dengan jatuhnya korban, Aji meminta agar penyelenggara menghentikan pertandingan untuk sementara waktu.
Menurut dia penyelenggara perlu memastikan bahwa pengeroyokan tersebut tidak ada kaitannya dengan pertandingan.
"Kami minta agar penyelenggara menghentikan dulu pertandingan, apalagi ada korban seperti ini,"
"Menurut informasi pertandingan masih berlangsung. Tunggu dari dari kepolisian apakah ada kaitannya atau tidak. Kalau info yang kami terima, kekerasan terjadi setelah anak-anak nonton pertandingan. Secara langsung atau tidak ya berkaitan,"ujarnya.
Terkiat dengan pertandingan, pihaknya tidak melarang penyelenggaraan kegiatan olahraga yang melibatkan sekolah di DIY. Namun, penyelenggara yang melibatkan sekolah, ada baiknya berkoordinasi dengan Disdikpora DIY.
"Tidak perlu minta izin atau rekomendasi, setidaknya ada koordinasi dengan kami. Jika memang keamanan tidak terjamin dan membahayakan siswa, kami akan melarang sekolah untuk mengikuti kegiatan itu,"tambahnya. ( Tribunjogja.com )