Yogyakarta
Polda DIY Ajak Mahasiswa Tangkal Radikalisme di Media Sosial
Diharap mahasiswa bisa benar-benar menyaring apa yang dilihatnya di media sosial maupun lingkungan sekitarnya.
Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Saat ini, paham radikalisme sudah menyerang berbagai media sosial maupun gawai, yang mana generasi muda menjadi satu di antara sasaran empuk bagi penyebar paham tersebut.
AKBP Sinungwati, Kasubdit Bimtibsos Dit Binmas, Polda DIY saat memberikan penyuluhan mengenai cara memerangi paham radikalisme, di hadapan mahasiswa D4 Jurusan Alat Berat, Departemen Teknik Mesin, Sekolah Vokasi UGM, yang tidak lama lagi akan menempuh magang menjelaskan saat ini paham radikalisme sudah banyak menyebar di sosial media maupun google.
• Meriahnya Hari Kedua Grebek Pasar Isuzu Traga di Pasar Suko Sewukan Magelang
Menurutnya, cara yang dipakai untuk menyebarkan paham radikal saat ini tidak lagi melalui face to face, namun sudah menggunakan sosial media.
"Sekarang yang paling masif menggunakan media sosial dengan menyebarkan paham berupa tulisan, video propoganda. Dengan terus menerus masuk bisa mengiring dan membuat mindset mengikuti itu. Makanya kita selalu sarankan kalau mau belajar jangan ke Kyai google, langsung ke Kyai atau Ustad secara langsung," terangnya pada Selasa (24/9/2019).
Sinungwati mengatakan, media sosial memiliki kerawanan yang lebih besar dibandingkan dengan media konservatif.
Hal tersebut dikarenakan siapa saja bisa menjadi pemilik media, jurnalis, penulis yang dapat men-share apa saja yang diinginkan.
• Workshop Penguatan Tim Media Sosial dan Media Online Humas Polri untuk Peningkatan Kapasitas
Menurutnya, saat ini generasi muda menjadi satu di antara sasaran bagi para penyebar paham ini, yang mana generasi muda memiliki kecerdasan lebih, sehingga ketika sudah terpapar maka akan sulit untuk dipulihkan.
"Mahasiswa ini paling prioritas karena dari tingkat kecerdasan dan mereka menguasai IT juga. Kita tahu semua masalah IT itu juga salah satu cara rekrut. Kita lebih baik mencegah agar mereka punya imunitas. Kalau sudah terpapar butuh tenaga, biaya dan kemungkinan berhasil tidak bisa 100%. Itu perlu pemahaman yang sulit sekali," katanya
Menurutnya, satu di antara ciri dari orang yang memiliki paham radikalisme ini yakni ketika pemahaman agama seseorang tidak sepaham dengan dia, meskipun agamanya sama, maka akan mudah mengkafirkan orang lain.
Menurutnya, di Indonesia sendiri masalah agama merupakan hal yang paling sensitif.
• Media Sosial Disebut-sebut Jadi Penyumbang Utama Gerakan Radikalisme dan Terorisme
"Ada berita apapun di media mengenai agama, dalam hitungan detik maka akan cepat dapat reaksi. Yang jelas kalau tidak sepaham dengan dia, meskipun agamanya sama dia akan mengkafirkan orang lain," terangnya.
Sinungwati berharap, dengan adanya penyuluhan ini, nantinya mahasiswa bisa benar-benar menyaring apa yang dilihatnya di media sosial maupun lingkungan sekitarnya.
Bukan hanya itu, diharapkan mahasiswa bisa juga menyampaikannya ke anggota keluarganya yang lain maupun ke lingkungan sekitarnya.
"Kenapa dibekali ini karena penting, mereka akan bertugas di daerah terpencil. Jadi kita bekali dulu, supaya mereka jangan sampai terpapar paham radikalisme. Apa yang harus diwaspadai, kalau melihat sesuatu yang mencurigakan apa sih yang akan dilakukan. Karena mereka ini mahasiswa yang cerdas," ungkapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)