Kisah Desa Penari di Gunungkidul yang Terancam Mati
Dusun Badongan, Desa Karangsari, Kecamatan Semin merupakan desa yang berada di sebelah di Utara Kabupaten Gununugkidul.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Iwan Al Khasni
Berbagai halangan dirinya lewati bersama kelompok Tari Tayub Legorini.
Hambatan yang dihadapi seperti kekurangan penari ketika ketiga penari berhalangan untuk ikut dalam sebuah pentas.
Untuk mengatasi hal tersebut ddrinya mencari penari lain yang tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan tari Tayub.
• Kisah Anak Indigo Menembus Desa Penari, Sosok Penjaga Ayu dan Bima Kabur Lihat Jin di Lokasi KKN
• Kisah Sendang Bengkung dan Beji yang Tak Pernah Kering Kerontang Meski Kemarau Panjang
"Mau tidak mau ya saya carikan penari lain biasanya dari campursari. Kalau ada yang paham mengenai tari Tayub pasti akan tahu bahwa yang menari bukan asli penari Tayub, yang membedakan adalah gerakannya kalau yang tidak terbiasa pasti terlihat kaku," ujarnya.
Ia menceritakan satu kali pertunjukkan tari Tayub dimulai dari sore hari hingga fajar menjelang barulah tari Tayub selesai dipentaskan.
Gunem menjelaskan sebelum Tari Tayub dipentaskan terlebih dahulu melakukan ritual, barulah setelah itu tarian Tayub dipentaskan.
"Mulai sore hari, lalu saat mahrib istirahat dan jam 9 mulai lagi hingga pagi jam 3-4 ," katanya.
Sekali pentas kelompoknya mendapatkan bayaran Rp 5 juta itupun dibagi keseluruh kelompoknya dari mulai penari hingga pengiring atau pemain gamelan.
Namun para penari biasanya mendapatkan penghasilan lebih yaitu dari orang-orang yang memberikan uang saat menari (saweran).
"Dulu awal-awal ikut Tayub bayaran ya hanya Rp 10 ribu itu dulu kalau sekarang mungkin sebesar Rp 500 ribu," kenang nenek dengan 4 orang cucu tersebut.
Saat ini, dirinya belum mengetahui siapa yang akan mewariskan tari Tayub dan hanya bisa pasrah saja melihat kondisi saat ini.
• Bukit Penguk Kediwung, Destinasi Wisata Alam di Yogyakarta
• Penampakan Rowo Banyu dari Udara Tempat yang Dikaitkan Kisah KKN Desa Penari
Tahun 2014 lalu dirinya mendapatkan piagam penghargaan dari Bupati Gunungkidul, Badingah.
"Tahun 70an saya sempat diundang ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk pentas Tari tayub," katanya.
Gunem berharap ada penerus Tari Tayub sehingga tarian ini dapat tetap dilestarikan hingga generasi selanjutnya.
Penari Tari Tayub, Purwanti (44), mengatakan saat ini tinggal dirinya dan dua tetangganya yang ikut dalam tari tayub.