Yogyakarta

Buku Ini Perlihatkan Jejak Tionghoa Yogyakarta yang Tidak Banyak Diketahui Orang

Melalui bukunya ia ingin memperlihatkan jejak sejarah Tionghoa Yogyakarta yang belum banyak diketahui masyarakat dan menggali kembali peran sentral Ti

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Ari Nugroho
istimewa
Wang Xiang Jun atau Budi Susilo seorang pengusaha di Jalan Malioboro Yogyakarta menulis buku yang berjudul "Menyingkap Jejak Keadilan Tionghoa" 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wang Xiang Jun atau Budi Susilo seorang pengusaha di Jalan Malioboro Yogyakarta menulis buku yang berjudul "Menyingkap Jejak Keadilan Tionghoa".

Melalui bukunya ia ingin memperlihatkan jejak sejarah Tionghoa Yogyakarta yang belum banyak diketahui masyarakat dan menggali kembali peran sentral Tionghoa di Yogyakarta.

Buku setebal 200 halaman ini ia tulis selama delapan bulan.

Budi Susilo atau yang kerap disapa Cun-Cun ini mengatakan buku karyanya lahir dari studi literatur mendalam dan wawancara untuk melengkapi sejarah keberadaan etnis Tionghoa di Yogyakarta dan sejarah Malioboro.

"Ternyata sejak dari berdirinya Kerajaan Mataram peran suku Tionghoa di Yogyakarta sudah ada dibuktikan dengan adanya prasasti Geger Sapehi serta keberadaan kelenteng Gondomanan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunjogja.com, Rabu (18/9/2019).

Diapresiasi Kemenpar RI, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Dapat Dorong Pariwisata

Geger Spehi merupakan peristiwa penyerangan yang dilakukan tentara Inggris ke istana Keraton Yogyakarta.

Ia menjelaskan, pada waktu itu masyarakat Tionghoa terbelah menjadi tiga.

Pertama, kelompok yang setia kepada raja Keraton yang bertakhta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) II.

Kedua, kelompok pengikut Kapiten Tan Jing Sing serta ketiga kelompok ragu-ragu atau bunglon.

Catatan detail tentang ketiga kubu Tionghoa di Yogyakarta ini, kata dia, tidak banyak diketahui oleh ahli sejarah.

"Pasukan putri Langen Kusumo, pendiri dan pelatihnya adalah seorang putri dari Tiongkok, juga banyak yang tidak diketahui oleh ahli sejarah," kata dia.

Sebab dokumen tentang keberadaan Langen Kusumo tersebut banyak yang hilang ketika peristiwa Geger Sepehi.

Pengaruh Budaya Tionghoa dalam Batik Nusantara

Ia mengungkapkan, Keraton Yogyakarta dan warga Tionghoa juga memiliki hubungan yang erat.

Hal itu dibuktikan dengan adanya Prasasti Tionghoa, Ngejaman, Klenteng Gondomanan, Kampung Pecinan Ketandan, Malioboro, Jalan Pecinan yang sekarang ini bernama Jalan Ahmad Yani.

Buku Menyingkap Jejak Keadilan Tionghoa ini juga mengungkapkan fakta dan sejarah keberadaan lorong di Malioboro sehingga dapat menjadi catatan sejarah dan bukti hukum mengenai anomali pertanahan.

"Buku ini juga mengulas tentang Jalan Malioboro yang seharusnya dikembalikan seperti fasadnya aslinya," jelasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved