Melihat dari Dekat Prosesi Jamasan Kereta Pusaka Kraton Yogyakarta
Jamasan Kereta ini dilaksanakan setiap Selasa Kliwon bulan Sura (Muharram) atau bulan pertama pada kalender Jawa.
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Almurfi Syofyan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar prosesi Jamasan Pusaka di Kompleks Museum Kereta Kraton, Jalan Rotowijayan, Yogyakarta, Selasa (17/9/2019).
Jamasan Kereta ini dilaksanakan setiap Selasa Kliwon bulan Sura (Muharram) atau bulan pertama pada kalender Jawa.
Pantauan Tribunjogja.com di lokasi, kereta yang dijamas atau dibersihkan adalah Kereta Kanjeng Nyai Jimat dan Kereta Kanjeng Kiai Jolo Doro.
Jamasan kereta sendiri dimulai di ruang dalam museum sejak pukul 09.00 WIB.
Sebelum acara dimulai para abdi dalem memanjatkan doa agar jamasan kereta berjalan dengan lancar.
Pada pukul 10.00 WIB kereta pusaka Kanjeng Nyai Jimat dibawa keluar dari museum menuju sisi selatan museum untuk dijamas.
Sekitar 50 abdi dalem roto Kraton Yogyakarta ikut terlibat dalam jamasan Kereta tertua yang dimiliki oleh Kraton Yogyakarta tersebut.
Bagian kereta secara umum dibersihkan dengan menggunakan air kembang.
Sementara bagian kereta yang terbuat dari kulit dibersihkan dengan minyak.
Sedangkan bagian kereta yang terbuat dari kaca juga dibersihkan dengan spritus.
Sekitar pukul 10.50 WIB, kereta pusaka Kanjeng Nyai Jimat selesai dibersihkan oleh abdi dalem.
Seusai membersihkan kereta pertama, kereta kedua, yakni kereta Kanjeng Kiai Jolo Doro mulai dibersihkan sekitar pukul 11.00 WIB hingga pukul 11.25 WIB.
Jamasan kereta Kanjeng Kiai Jolo Doro dilakukan di gerbang depan Kompleks Museum Kereta Kraton.
Selama abdi dalem membersihkan kereta pusaka tersebut, ratusan masyarakat yang hadir tampak antusias mengikuti setiap tahapan prosesi.
Mereka juga tampak antusias membawa beragam botol minuman dan jeriken untuk mengambil air kembang bekas jamasan kereta pusaka Kanjeng Nyai Jimat.
Masyarakat meyakini, air bekas jamasan dapat memberikan keberkahan bagi mereka yang mempercayainya.
Seorang pengunjung, Kuswini (19), mengaku sengaja datang agar bisa menyaksikan secara langsung prosesi jamasan kereta pusaka tersebut.
Selain itu ia juga berharap agar mendapatkan keberkahan dari air jamasan yang didapatkannya.
"Saya datang sama keluarga. Penasaran dengan prosesinya dan mau dapat berkah juga," ujar dia.
Terpisah, Konco Abdi Dalem Roto Kraton Yogyakarta, Mas Wedana Roto Diwiryo, menyebut jamasan kereta pusaka merupakan agenda rutin tahunan yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta.
Tujuan dari jamasan tersebut menurutnya untuk merawat kereta-kereta pusaka yang ada di museum tersebut.
"Kalau sudah rusak kita kan jadi tahu, dan bisa memperbaikinya secara cepat," ujarnya pada Tribunjogja.com, seusai jamasan kereta pusaka, Selasa (17/9/2019).
Menurutnya, tradisi jamasan tersebut telah ada sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwo I.
Tradisi tersebut akan terus dipertahankan demi menjaga warisan dan benda-benda pusaka yang diwarisi oleh Kraton.
Selain itu, menurut Mas Wedana Roto Diwiryo, kereta Kanjeng Nyai Jimat pernah dipakai sebagai kendaraan utama tiga raja.
"Pernah dipakai sebagai penobatan dan kendaraan sehari-hari pada masa Hamengku Buwono pertama hingga ketiga," katanya.
Sedangkan kereta Kanjeng Kiai Jolo Doro dipakai untuk kendaraan dalam Kraton oleh Hamengku Buwono I hingga IV. (*)
